metro-bogor

Bangun Blok F, PD PPJ Dituding Antikritik

Rabu, 29 November 2017 | 14:40 WIB

-

METROPOLITAN – Kisruh seputar perom­bakan Blok F Pasar Kebonkembang semakin memanas. Kuasa Hukum Paguyuban Pedagang Edi Prayitno menyesalkan pernyataan Di­reksi Perusahaan Daerah Pasar Pakuan Jaya (PD PPJ) yang menganalogikan pedagang seperti ‘anak kos’.

“Sebetulnya saya baru tahu, tapi jika sean­dainya ada perkataan seperti itu, apalagi dari direksi PD PPJ yang tidak pas dan cenderung provokatif terhadap pedagang, misalnya dengan menyamakan pedagang dengan ‘anak kos’, ya menurut saya itu memang berbahaya,” katanya kepada Metropolitan, kemarin.­

Hal ini, sambung Edi, bisa jadi indikasi dugaan kepada PD PPJ, yang selama ini ada di benak pedagang, menjadi be­nar adanya. “Ini kan justru menjadi preseden buruk buat mereka (PD PPJ, red), hal itu justru membenarkan sem­purna pandangan para peda­gang, bahwa selama ini PD PPJ antikritik dan cenderung arogan,” tandasnya.

Edi menilai, seharusnya jika memang terjadi seperti itu, perlu ada penjelasan dari pihak PD PPJ agar tidak makin keruh permasalahannya. Mengingat, kisruh soal perombakan Blok F saja hingga kini masih me­nimbulkan tanda tanya besar. “Ya sebaiknya sih harus ada klarifikasi dari saudara Direktur Operasional (Dirops) tersebut. Agar masalahnya menjadi clear, dan tidak menjadi bola liar yang malah memperkeruh suasana dan masalah yang ada seputar Blok F ini. Apalagi masalah perombakan Blok F saja masih jauh dari kata beres,” ungkapnya.

Sebelumnya, Pembina Pa­guyuban Blok F Pasar Kebon Kembang Haji Azis Balpas menyayangkan stemen Di­rektur Operasional (Dirops) PDPPJ Syuhaeri Nasution yang menganalogikan para peda­gang Blok F sebagai ’anak kost’. Padahal menurutnya seluruh pedagang tersebut mempu­nyai hak untuk mengetahui bangunan yang akan ditem­patinya. “Sangat disayangkan dirops yang merupakan orang berpendidikan berbicara se­perti itu, seharusnya sebagai dirops bisa mengakomodir aspirasi dan dekat dengan pedagang bukan sebaliknya,” ujarnya kepada Metropolitan.

Selain itu, menurut Azis se­bagai direksi PD PPJ seharus­nya Syuhaeri bisa lebih sopan dan menghargai para peda­gang, karena PD PPJ bukanlah siaapa-siapa tanpa para pe­dagang yang ada di Kota Bo­gor. Sehingga memang tugas PD PPJ yang melayani para pedagang. “Kita jualan di pa­sar ini bayar, muali biaya tem­pat hingga kebersihan. Dan kalau disamakan dengan anak kost-an sangat jauh berbeda, karena dibentuknya PD PPJ ini untuk mengakomodir para pedang, yang tidak se­enaknya saja mengusir para pedang,” terangnya.

Ia juga menambahkan, sebagai orang yang berpendidikan Dirops seharusnya bisa belajar lebih banyak tentang cara berkomu­nikasi, terlebih ucapan yang di­lontarkan oleh Syuhaeri dapat menyinggung para pedagang yang ada di Kota Bogor. “Jumlah pedagang ini banyak, dengan berbicara seperti itu sama saja mengatakan kepada seluruh pedagang yang ada di Kota Bogor,” paparnya.

Beberapa waktu lalu, Dirops PD PPJ Syuhaeri Nasution mengibaratkan gugatan peda­gang ini seperti anak kost yang menggugat ibu kost-nya yang ingin membangun atau mem­perabaiki tempat kost. “Ya seperti itulah, mereka seper­ti menggungat pemilik kost-an. Apa urusannya penyewa kan? Mau diapakan juga kan ter­gantung pemilik. Ya ini lucu, apalagi jika kita tahu mereka kontraknya sudah habis. Sila­hkan saja, saya hanya mengi­baratkan seperti itu. Padahal, ini (revitalisasi Blok F, red) kan untuk mereka juga, untuk para pedagang juga, biar nyaman pedagang dan pembeli. Seka­ligus penataan kota yang baik,” tuntasnya.

(ryn/b/els)

Tags

Terkini