METROPOLITAN - PT Mahadana Dasha Utama (MahaDasha) bersama Dompet Dhuafa membuka akses terhadap air bersih dan sanitasi yang sehat bagi ratusan warga di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakanmadang, Kabupaten Bogor. Pembukaan akses melalui program “Air Untuk Kehidupan” itu yakni membangun enam manci cuci kakus (MCK), tandon air dan pipanisasi di area publik desa tersebut.
“Program ”Air Untuk Kehidupan” merupakan kontribusi MahaDasha guna mendukung Sustainable Development Goals di Indonesia, khususnya pada aspek manajemen air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan yang memadai dan merata untuk semua,” kata Presiden Direktur MahaDasha Mivida Hamami saat meninjau pembangunan sanitasi di Sentul, Kabupaten Bogor, kemarin.
Hingga hari ini (kemarin, red), kata dia, program ini telah melibatkan lebih dari 300 karyawan Grup MahaDasha sebagai anak perusahaan Grup Tiara Marga Trakindo (TMT) yang berfokus pada pengelolaan beragam portofolio bisnis. Program ini juga mengakhiri krisis air bersih dan sanitasi buruk bagi 1.300-an warga di Bogor, Bekasi dan Banten. ”Sejak dimulai 2015, ini merupakan program ketiga setelah sebelumnya dilakukan di Bekasi dan Banten,” katanya.
Sebagai bagian komitmen tanggung jawab sosial, MahaDasha bertekad berkontribusi dalam pembangunan kesehatan dasar bagi masyarakat dan mengajak karyawan ikut ambil bagian. “Akses terhadap air bersih dan sanitasi yang sehat merupakan prasyarat dasar pembangunan dan pengembangan masyarakat. MahaDasha mengajak seluruh karyawan terjun langsung dalam program ini,” katanya.
Menurut Mivida, program ini menyasar tiga aspek pembangunan kesehatan yaitu kesadaran, partisipasi aktif dan perubahan perilaku hidup. ”Kami berharap kualitas hidup masyarakat di desa ini akan menjadi lebih baik,” ujar Mivida.
Sementara itu, seorang warga yang mewakafkan tanahnya untuk MCK Muhammad Gatan Rifky mengapresiasi program ini. Kampung Pasirkaret, Desa Cijayanti, yang dihuni 156 kepala keluarga sudah lama krisis kekeringan air terutama di musim kemarau. ”Pada 2015, desa kami kekeringan lima bulan,” ujarnya.
Dengan sanitasi yang buruk akan memengaruhi kualitas hidup masyarakat, terutama anak-anak. Permasalahan defisit air dan kekeringan sudah menjadi isu global. Satu dari empat orang di dunia kekurangan air minum dan satu dari tiga orang tidak mendapat sarana sanitasi yang layak. Bahkan diprediksi menjelang 2025, sekitar 2,7 miliar orang atau sekitar sepertiga populasi dunia akan menghadapi kekurangan air dalam tingkat yang parah. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data yang dikutip dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia, saat ini lebih dari 3,9 juta jiwa masyarakat yang bermukim 2.726 desa di 715 kecamatan dan 105 kabupaten dan kota di Jawa dan Nusa Tenggara mengalami kekeringan.
(bs/els/py)