metro-bogor

Gandeng Dompet Dhuafa, Perusahaan Ini Alirkan Air Bersih

Jumat, 8 Desember 2017 | 10:53 WIB

-

METROPOLITAN - PT Ma­hadana Dasha Utama (Ma­haDasha) bersama Dompet Dhuafa membuka akses ter­hadap air bersih dan sani­tasi yang sehat bagi ratusan warga di Desa Cijayanti, Ke­camatan Babakanmadang, Kabupaten Bogor. Pembu­kaan akses melalui program “Air Untuk Kehidupan” itu yakni membangun enam manci cuci kakus (MCK), tandon air dan pipanisasi di area publik desa tersebut.

“Program ”Air Untuk Ke­hidupan” merupakan kon­tribusi MahaDasha guna mendukung Sustainable Development Goals di Indo­nesia, khususnya pada aspek manajemen air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan yang memadai dan merata untuk semua,” kata Presiden Direktur MahaDasha Mivida Hamami saat meninjau pembangunan sanitasi di Sentul, Kabupaten Bogor, kemarin.

Hingga hari ini (kemarin, red), kata dia, program ini telah melibatkan lebih dari 300 karyawan Grup Maha­Dasha sebagai anak perusa­haan Grup Tiara Marga Tra­kindo (TMT) yang berfokus pada pengelolaan beragam portofolio bisnis. Program ini juga mengakhiri krisis air bersih dan sanitasi buruk bagi 1.300-an warga di Bogor, Bekasi dan Banten. ”Sejak dimulai 2015, ini merupakan program ketiga setelah sebe­lumnya dilakukan di Bekasi dan Banten,” katanya.

Sebagai bagian komitmen tanggung jawab sosial, Ma­haDasha bertekad berkon­tribusi dalam pembangunan kesehatan dasar bagi masy­arakat dan mengajak karyawan ikut ambil bagian. “Akses terhadap air bersih dan sa­nitasi yang sehat merupakan prasyarat dasar pembangunan dan pengembangan masy­arakat. MahaDasha mengajak seluruh karyawan terjun langsung dalam program ini,” katanya.

Menurut Mivida, program ini menyasar tiga aspek pembangunan kesehatan yaitu kesadaran, partisipasi aktif dan perubahan perilaku hidup. ”Kami berharap kua­litas hidup masyarakat di desa ini akan menjadi lebih baik,” ujar Mivida.

Sementara itu, seorang warga yang mewakafkan tanahnya untuk MCK Muham­mad Gatan Rifky mengapre­siasi program ini. Kampung Pasirkaret, Desa Cijayanti, yang dihuni 156 kepala kelu­arga sudah lama krisis keke­ringan air terutama di musim kemarau. ”Pada 2015, desa kami kekeringan lima bulan,” ujarnya.

Dengan sanitasi yang buruk akan memengaruhi kualitas hidup masyarakat, terutama anak-anak. Permasalahan defisit air dan kekeringan sudah menjadi isu global. Satu dari empat orang di dunia kekurangan air minum dan satu dari tiga orang tidak mendapat sarana sanitasi yang layak. Bahkan dipre­diksi menjelang 2025, sekitar 2,7 miliar orang atau sekitar sepertiga populasi dunia akan menghadapi kekurangan air dalam tingkat yang parah. Di Indonesia sendiri, berda­sarkan data yang dikutip dari Badan Nasional Penang­gulangan Bencana Indone­sia, saat ini lebih dari 3,9 juta jiwa masyarakat yang bermukim 2.726 desa di 715 kecamatan dan 105 kabupa­ten dan kota di Jawa dan Nusa Tenggara mengalami kekeringan.

(bs/els/py)

Tags

Terkini