metro-bogor

Sosialisasi Rerouting Angkot Makin Gencar

Jumat, 5 Januari 2018 | 08:45 WIB

-

METROPOLITAN – Pasca diterapkannya program rerouting Angkutan Umum (Angkot) untuk mengisi rute Transpakuan Koridor (TPK) beberapa waktu lalu, masih banyak sopir angkot yang kebingungan dengan perubahan rute tersebut. Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor pun terus melakukan sosialisasi dan memberi pemahaman mengenai jalur baru kepada sopir, sebagai bentuk evaluasi uji coba rerouting ini.

Kepala Seksi Angkutan Dalam Trayek Dishub Kota Bogor Ari Priyono menerangkan, memang hingga kini program reroting masih terus dievaluasi dan menggencarkan sosialisasi kepada sopir dan petugas di lapangan. Pihaknya mengakui, sosialisasi Dishub belum maksimal, dan belum menyeluruh baik untuk masyarakat, pemilik dan sopir angkutan umum.

“Satu angkot biasanya sehari tiga sopir, dan ada yang sudah paham, ada yang tidak ingin paham.

Artinya sejak uji coba pertama, secara bertahap, sebagian supir sudah mengetahui perubahan rute angkot. Kami akui sosialisasi belum menyeluruh, makanya hingga kini tetap sosialisasi, melalui selebaran dan spanduk, serta mendorong badan hukum untuk menyegerakan pengecatan pada angkot trayek TPK,” katanya kepada Metropolitan, kemarin.

Ari menjelaskan, pihaknya secara intens dengan Badan hukum dan pengurus Organda terus melakukan evaluasi, namun sifatnya non formal, diantaranya salah satu kesepakatan dari pertemuan tersebut, hingga kini jajaran pengurus organda tetap membantu pengamanan dan pengawasan di lapangan. “Mungkin formalnya akhir minggu ini atau awal minggu depan, kami akan evaluasi secara formal dengan Organda. Hasil lainnya, adanya hasil rapat dan kesepakatan bersama antara Dishub dengan pimpinan badan hukum terkait program rerouting,” ucapnya.

Terpisah, Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Bogor Mochammad Ishak menerangkan, problem salah jalur menjadi evaluasi utama dalam uji coba rerouting ini. Dia menilai, hal ini terjadi bukan murni kesalahan sopir. “Harusnya ada pengawasan ketat dari pemkot, seperti memasang spanduk dan baliho. Atau misalnya, dengan mengerahkan petugas untuk stand by di titik-titik krusial seperti belokan atau persimpanga. Beberapa hari uji coba, kami sih belum melihat kerja efektif dari para petugas yang dikerahkan,” ujarnya

Menurutnya, karena masih tahap uji coba, dia berharap Pemkot Bogot maupun Polresta Bogor Kota tidak menilang sopir yang salah jalur terlebih dahulu. “Sopir kan belum hafal jalur, jadi wajar dan harus dimaklumi,” tuturnya.

Secara keseluruhan, Organda setuju dengan rerouting angkot, sebab penataan transportasi umum di Kota Bogor sudah sangat lama, yakni sejak 1984. Ditambah, perluasan wilayah yang terus terjadi di Kota Hujan. Tetapi, Ishak meminta penataan tidak hanya dilakukan terhadap angkot saja. “Ojek online yang kini kian menjamur juga harus diperhatikan. Mereka juga mengambil peran dalam kemacetan dan ketidakteraturan di Kota Bogor,” ucapnya. (ryn/b/els)

Tags

Terkini