metro-bogor

Bogor Sudah Dapat Jatah Beras 251 Ton

Selasa, 16 Januari 2018 | 08:25 WIB

-

METROPOLITAN - Kota Bogor bersama beberapa daerah lain di Jawa Barat yang menjadi pantauan inflasi Badan Pusat Statistik (BPS), melakukan operasi pasar (OP) sejak sepekan terakhir. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Bogor Achsin Prasetyo menuturkan, OP ini dilakukan untuk mengendalikan harga beras medium dan premium, yang naik karena tersendatnya proses distribusi.

Achsin menyebut, jumlah beras yang disiapkan untuk operasi pasar di Kota Hujan mencapai lebih dari 250 ton, dan disuplai langsung Badan Urusan Logistik. “Operasi pasar beras di Kota Bogor sudah sejak Selasa (9/1) lalu, dan masih berlangsung sampai sekarang, rencananya sampai 31 Januari mendatang, namun situasional juga melihat perkembangan. Bisa saja sebelum akhir bulan, harga dan ketersediaan beras sudah normal kembali. Sudah disalurkan 251 ton beras, dengan harga yang ditetapkan bulog Rp9.350 per kilogram,” katanya kepada Metropolitan, kemarin.

Sementara itu, Kepala Bidang Sarana dan Komoditi Disperindag Kota Bogor Tedy Sutiadi menyebutkan, operasi pasar serupa juga dilakukan di beberapa daerah lain, yang menjadi lokas pemantauan inflasi BPS, seperti Kota Bandung, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, dan Tasikmalaya.

Di Kota Bogor, sambung Tedy, operasi pasar dilakukan Pasar Kebonkembang dan Pasar Bogor, dengan rincian, disebarkan ke 10 kios beras di Pasar Bogor sebanyak 240 ton, dan di Pasar Anyar disebarkan ke lebih dari 12 kios, sebanyak 11 ton. Jumlah tersebut akan meningkat karena kios di Pasar Anyar sudah mengajukan tambahan beras 50 ton lagi. “Akan terus dipantau, ketersediaan berasnya masih ada atau kurang. Ya yang pasti sampai kondisi harga pasar kembali normal," ucapnya.

Menurutnya, harga beras medium di Kota Bogor mengalami kenaikan Rp100-200 per kilogramnya, sehingga di pasar, harganya mencapai Rp9.500 per kilogram. Harga itu disebutnya pasti lebih tinggi di tingkat pengecer, melebihi harga di pasar. "Yang bergejolak di Kota Bogor itu lebih ke beras jenis premium. Tapi kami tidak bisa mengendalikannya makanya dibuat OP untuk mengalihkan konsumsi masyarakat ke beras medium. Nah, penyebab stok beras premium berkurang di pasaran, karena belum masuk musim panen, sehingga harganya naik, padahal kebutuhan meningkat,” tandasnya.

Terpisah, Sekretaris Daerah Kota Bogor Ade Sarip Hidayat berharap, operasi pasar semacam ini bisa digelar di setiap kecamatan,  agar lebih efektif dan terasa manfaatnya langsung di masyarakat. Ade menambahkan, sudah dibuatkan surat yang disebar ke enam kecamatan se-Kota Bogor, untuk membuat operasi pasar di wilayah, yang difasilitasi kecamatan. “Pemkot tidak bisa lagi mengendalikan kondisi pasar, karena tidak mendapatkan pinjaman beras miskin (raskin) seperti dulu. Program itu kan dialihkan dari Dinas Ketahanan Pangan ke Dinas Sosial sejak tahun lalu, 2017 dengan nama beras sejahtera,” pungkasnya.

(ryn/b/els)

 

Tags

Terkini