metro-bogor

Awas Bahaya Laten TBC

Rabu, 14 Maret 2018 | 10:15 WIB

-

METROPOLITAN - Sepanjang tahun 2017, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor mencatat masyarakat yang menderita penyakit Tuberkulosis (TB) atau TBC mencapai sekitar 8.000 orang. Selian faktor keturuanan, penyebab utamanya penyakit TBC di sebabkan polusi udara. Selain TBC penyakil lainnya yang mengintai masyarakat adalah Pneumonia atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Pada 2015 saja, sebanyak 165.998 kasus anak usia 1-4 tahun pengidap ISPA dan sepanjang 2017, tercatat 23.823 balita mengidap pneumonia atau ISPA.

Kepala Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P3M) Dinkes Kabupaten Bogor dr Intan Widayati mengungkapkan, masyarakat Kabupaten yang menderita TBC kebanyakan berobatnya ke rumah sakit swasta dan jarang ke puskesmas. Dari data rumah sakit swatsa di Kabupaten Bogor yang menderita TBC ada sekitar 8.000 orang. "Tahun ini kita jalin kerja sama dengan klinik swasta juga. Jadi jika ada pasien TBC, kita harapkan mereka lapor ke puskesmas supaya datanya masuk ke kita," kata Intan.

Dia mengungkapkan, penularan TBC lebih mudah karena bisa menyebar lewat udara. Penyakit TBC bisa disembuhkan dalam waktu enam bulan. Rata-rata selain faktor keturunan, polusi udara salah satu pemicu terjadinya gangguan pernapasan hingga terinfeksi TBC. Ia mengimbau masyarakat menerapkan pola hidup sehat dan konsisten berobat ke puskemas jika sudah terinfeksi penyakit TBC. "Yang lebih bahaya itu TBC akut. Karena pengobatannya bisa memakan waktu dua tahun secara konsisten." kata dia.

Sementara itu, Pelaksana Penanganan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor Yusnita Sihite menuturkan, penyakit pernapasan memang banyak terjadi di Kabupaten Bogor, salah satunya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Pada tahun 2015 saja, pengidap ISPA yang menyerang anak usia 1-4 tahun ditemukan sebanyak165.998 kasus. "Kalau ISPA memang biasa ditemukan di tempat-tempat yang berdebu dan sering dilewati truk," kata Yusnita.

Selain ISPA penyakit pernapasan lain yang cukup berbahaya adalah paru-paru basah (pneumonia). Sepanjang 2017 lalu, dinkes menemukan 23.823 balita mengidap pneumonia. Balita yang terken pneumonia trus di pantau oleh pihak puskemas, hingga kondisi sang anak membaik. "Selain karena debu, pneumonia juga disebabkan karena daya tahan tubuh si anak yang lemah, juga karena dirumahnya jarang terpapar sinar matahari atau lembab," kata dia.

Menurutnya, pneumonia paling banyak terjadi di wilayah Kecamatan Ciawi dengan 1.567 kasus yang tersebar di Puskesmas Ciawi, Banjarsari, Citapen. Hal tersebut diakibatkan volumen kendaraan yang tinggi dan menyebabkan polusi udara. "Namun, semuanya sudah menjalani pengobatan secara intensif di puskesmas," tukasnya.

(ads/dik/c)

Tags

Terkini