METROPOLITAN - Yayasan Diffable Action Indonesia menggelar Global Action Week 2018 di Pelataran Parkir Stadion Pakansari, Cibinong, kemarin. Acara yang diikuti puluhan anak penyandang disabilitas dan para relawan ini dilakukan untuk menyuarakan pendidikan inklusi dan mengampanyekan anti-bullying atau perundungan kepada penyandang disabilitas.
Ketua Umum Diffable Action Indonesia Teguh Prasetyanto mengatakan, kasus perundungan terhadap anak difabel memang masih saja terjadi. Setiap harinya, hampir ada saja keluhan yang diterima yayasan soal perundungan yang dialami anak difabel ketika mengeyam pendidikan di sekolah reguler. “Jika bperundungan tidak segera dihapus, maka anak-anak penyandang disabilitas akan semakin sulit mendapatkan pendidikan yang sama rata dengan anak normal. Bahkan, pergi ke sekolah bisa menjadi sesuatu yang menakutkan karena ada yang sampai dikunciin di kamar mandi hingga dikucilkan dan membuat mental mereka lemas,” kata Teguh.
Padahal, jika anak disabilitas mengenyam pendidikan di sekolah umum, mereka bisa terus meningkatkan kemampuannya. Kondisi ini juga sejalan dengan pendidikan inklusi yang disuarakan. Bagaimana anak difabel dengan non-difabel bisa berbaur dalam suatu tempat serta tidak saling mengganggu. Karena, difabel pun layak mendapatkan pendidikan yang memadai. “Menjadi difabel bukan keinginan, tapi karena memang kondisi. Kami ingin menunjukkan itu. Jangan sampai juga orang tua takut anaknya diapa-apain jadi nggak disekolahkan,” terangnya
Saat ini, Dinas Pendidikan memang telah mengharuskan setiap sekolah menerima anak difabel. Mereka memerlukan perhatian lebih dari guru untuk membantunya beradaptasi. Meski demikian, kondisi itu tidak menjadi jaminan anak difabel bebas dari perundungan. Untuk itu, Teguh akan mendekati Pemrintah Kabupaten Bogor agar menciptakan pendidikan yang lebih baik untuk difabel.
“Yang ingin kami bangun itu empati sosial dari anak non-difabel supaya bullying bisa diminimalisir. Tindak lanjut dari Global Action Week ini adalah mengadakan kamp sosial dengan memadukan anak difabel dan non-difabel dalam suatu wadah,” tandas Teguh.
(fin/b/els)