METROPOLITAN - Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Bogor memastikan tahun ini tidak ada anggaran APBD Kota Bogor untuk kegiatan pembangunan perbaikan jembatan. Meski begitu, pihaknya tengah mengusulkan perbaikan pelebaran jembatan di Jalan Otto Iskandardinata (Otista) untuk tahun anggaran 2019. Mengingat jembatan di lokasi tersebut kerapkali menyebabkan kemacetan di seputaran jalur Sistem Satu Arah (SSA) karena penyempitan lajur.
"Untuk tahun ini tidak ada kegiatan untuk jembatan, untuk pelebaran, tidak ada anggaran untuk jembatan dari APBD kota. Termasuk untuk rencana Jembatan Otista, tapi kami mengusulkan pada anggaran tahun 2019, baik itu ke provinsi maupun ke pusat untuk pelebaran jembatan tersebut. Sudah masuk RKPD, jadi tapi dia akan liat dulu sumber dananya dari mana, bisa dari provinsi atau APBN," kata Kepala Dinas PUPR Kota Bogor, Chusnul Rozaqi saat ditemui Metropolitan di bilangan Jalan Sholeh Iskandar, kemarin,.
Jika mengacu pada desain awal untuk pelebaran jembatan, estimasi anggarannya kurang lebih Rp40 miliar. "Sebetulnya semua sumber kami usulkan, baik ke provinsi maupun ke pusat. Namun sepertinya cenderung oleh dana Provinsi Jawa Barat," imbuhnya.
Selain itu, pihaknya juga akan mengusulkan anggaran untuk perbaikan Jembatan Sempur, di Jalan Jalak Harupat, Kecamatan Bogor Tengah. Untuk perbaikan jembatan itu pun akan memanfaatkan segala sumber dana, baik dari pusat atau provinsi. "Masih berjalan, dan mana yang memungkinkan, agar bisa dimasukan ke anggaran tahun 2019," ucapnya.
Untuk nilainya, kata Chusnul, dari desain awal membutuhkan anggaran sekitar Rp50 miliar. "Untuk 2019 juga kami usulkan. Nilainya, sesuai ada desain awal Kurang lebih Rp50 miliar," terangnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor, Theofililio Francino Freitas mengungkapkan, salah satu evaluasi dari jalur Sistem Satu Arah (SSA) di seputatan Kebun Raya Bogor ialah penyempitan jalan di Jalan Otista tersebut. Arus lalu lintas menjadi tersendat saat kendaraan masuk ke jalan tersebut, tepat di Jembatan Otista atau sering disebut Bottle Neck alias leher botol.
“Arus kendaraan dari dua sisi Jalan Pajajaran kan banyak, jalan juga lajurnya sampai empat lebih. Nah masuk ke jembatan itu menyempit, terjadi bottle neck, makanya macet biasanya bisa mengular sampai ke belakang. Lepas dari jembatan, ya lancar lagi karena jalan juga membesar. Biasaya di jam-jam sibuk atau hari libur itu parah,” pungkasnya.
(ryn/b/els)