metro-bogor

Dear Bupati, Kapan Panggil Bos RSUD?

Sabtu, 26 Mei 2018 | 08:45 WIB

-

Penggunaan sistem manual mengantre pakai sendal saat ambil nomor antrean berobat di RSUD Cibinong masih menjadi perhatian. Tak hanya pimpinan dewan, beberapa aktivitis mahasiswa pun mendesak Bupati Bogor Nurhayanti memanggil bos rumah sakit pelat merah tersebut.

Ketua Forum Mahasiswa Bogor Sabri Maulana menuturkan, panjangnya antrean RSUD Cibinong merupakan potret bobroknya pelayanan kesehatan di Kabupaten Bogor. Bukan hanya di RSUD Cibinong saja, tapi di RSUD Leuwiliang dan RSUD lainnya. Artinya pemerintah daerah harus memberikan solusi pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi seluruh Masyarakat Indonesia. "Semangatnya, kualitas pelayanan kesehatan yang diterima masyarakat pun harus prima. Kalau terjadi masalah maka harus segera diluruskan agar kembali pada kualitas standar yang diharapkan," ujar Sabri.

Menurut Sabri, sistem antrean dalam konteks menjaga ketertiban memang harus ada. Namun dalam hal terlalu banyaknya pasien dan panjangnya antrian pun harus dipikirkan lebih lanjut cara yang lebih manusiawi. Sebab tidak semua orang sakit pada dasarnya mempunyai sanak saudara atau teman yang dapat membantu dalam antrean. Bayangkan saja kalau ada pasien yang sakit kronis dan harus masuk dalam antrian yang panjang. "Jadi kapan bupati Bogor panggil direksi RSUD? upati harus merespons isu ini dengan cepat. Ini sudah merupakan pertanda akan menjadi suatu masalah besar di kemudian hari. Maka solusinya, basis-basis pelayanan kesehatan primer yang ada harus segera direvitalisasi," ujarnya.

Presidium BEM Jawa Barat dan Banten Iksan Maulana menambahkan, sistem antre pakai sendal itu cermin kebobrokan sistem yang ada di RSUD. Sekarang zaman canggih, seharusnya sistem pendaftaran manual itu sudah tidak digunakan. “Masih aja seperti itu atau jangan-jangan pemimpinnya yang jadul,” ujarnya

Ia mendesak direksi mengubah sistem pendaftaran manual di RSUD Cibinong untuk meminimalisir persoalan ini. Satu hal lagi, lanjut Iksan, tidak ada lagi kata perbedaan antara pembayaran menggunakan BPJS dan umum, baik itu dalam sistem pelayanan dan sebagainya. "Kalau dirut tidak bisa memimpin dan tidak bisa menyelesaikan persoalan yang super kompleks ini, saya tegaskan ganti dirut RSUD Cibinong," ujar Iksan.

Terpisah, Ketua DPRD Kabupaten Bogor Ilham Permana mengaku prihatin dengan kondisi tersebut. Sekelas RSUD Cibinong yang sudah mendapat sertifikasi Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS), seharusnya bisa menggunakan sistem yang lebih canggih. Warga, kata dia, tak perlu lagi mengantre bahkan harus datang dari subuh. "Saya juga bingung setelah melihat banyak warga yang mengantre di RSUD Cibinong. RSUD itu kan rumah sakit berkelas pemerintah. Masa antrean pake sistem manual, tentu itu harus kita tindak lanjuti," ujar Ilham.

Ia mengaku akan mengevaluasi semua RSUD di Kabupaten Bogor. Politisi Partai Golkar ini ingin mengetahui kinerja RSUD Cibinong, apakah mereka tidak mengikuti aturan kementerian kesehatan. “Secepatnya kita tindak lanjuti. Insya Allah Senin ya,” kata Ilham.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor Erwin Suriana mengaku penerapan sistem online harus dikaji dulu. Sehingga perangkatnya juga harus dipersiapkan dari sekarang. “Untuk antrean online di setiap RSUD masih dalam proses kajian dan perangkat yang harus disiapkan,'' katanya.

Sementara itu hingga berita ini diturunkan, Humas RSUD Cibinong Putri belum merespons. Bahkan saat wartawan koran ini minta konfirmasi ke Direktur RSUD Cibinong Camalia tidak ditanggapi. Sebelumnya, sejumlah pasien RSUD Kabupaten Bogor mengeluhkan panjangnya antrean pengambilan nomor urut. Beberapa pasien rela berangkat ke RSUD Cibinong di pagi buta. Terlebih warga yang tinggal di pelosok Kabupaten Bogor. Pudin salah satunya. Sejak pukul 01:30 WIB, warga Desa Pabuaran, Kecamatan Sukamakmur itu sudah berangkat ke RSUD Cibinong untuk mengambil antrean nomor urut. Butuh waktu satu jam setengah untuk sampai di rumah sakit pelat merah tersebut. Itu pun Pudin harus bersabar lagi menunggu antrean nomor urut. “Sampai di sini sudah jam tiga,” kata Pudin sembari duduk selonjoran.

Pantauan Metropolitan, sebelum azan subuh, aktivitas antrean semakin terlihat di pintu gerbang. Hampir semua pasien berinisiatif meletakan barang-barangnya di lantai sebagai tanda pemiliknya mengantre. Itu pula yang dilakukan Pudin yang sengaja menaruh sandal jepitnya di deretan antrean.

Duh mau sampai kapan begini,”celetuk seorang wanita paruh baya yang terlihat lelah menunggu antrean panjang di selasar rumah sakit. Hingga begitu pintu gerbang rumah sakit dibuka satpam, mereka berbaris teratur sesuai dengan barang yang diletakan pemiliknya masing-masing.

(mul/c/els)

Tags

Terkini