metro-bogor

Dorong PDJT Jadi BLUD

Sabtu, 15 September 2018 | 09:05 WIB

METROPOLITAN – Keberadaan Perusahaan Daerah Jasa Trans­portasi (PDJT) Kota Bogor terus menjadi sorotan. Mengingat per­soalan yang mendera perusahaan pelat merah itu silih berganti. Mulai dari aksi pegawai PDJT yang menuntut kejelasan status dan gaji hingga roda perusahaan yang seperti mati suri. Hal tersebut di­sikapi anggota DPRD Kota Bogor dari Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) menjadi Badan Layayang mendorong PDJT diubah nan Umum Daerah (BLUD).­ Wakil Ketua Komisi II DPRD Kota Bogor, Edi Darmawan­syah, terus mendorong PDJT diubah dari BUMD menjadi BLUD. Sebab, dalam operasio­nalnya ada unsur pelayanan kepada masyarakat dan tidak melulu berorientasi keuntung­an. Menurut dia, perubahan status tersebut bakal mengurangi beban di perusahaan. “Supaya tidak terlalu berat, karena ujung utamanya pe­layanan. Jika terjadi, BLUD harus dipimpin PNS dan tidak menutup kemungkinan adanya di Dinas Perhubungan (Dishub). Tapi, harus dipertimbangkan, pejabat dan karyawan yang ada harus dirombak,” katanya. Meski begitu, sambung dia, berbagai cara wajib dilakukan dalam mempertahankan ‘ke­hidupan’ di perusahaan, apa pun bentuknya. Perusahaan harus bisa mencari sumber pengha­silan lain dan jangan mengan­dalkan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) semata. “Misalnya, perusahaan ini ber­gerak di bidang perbengkelan, lalu mengadakan kerja sama dengan pemerintah. Jadi, nanti semua kendaraan di bawah naungan pemerintah dirawat di perusahan ini,” katanya. Selain itu, tambah politisi Partai Bulan Bintang itu, peng­adaan dan pengelolaan shelter untuk bus dan kendaraan umum massal seharusnya berada di bawah PDJT. Sebab, ada po­tensi sumber penghasilan lain yang bisa dikeruk untuk men­ghidupi perusahaan. “Tanpa sumber penghasilan lain agak sulit mengembangkan perusahaan ini ke depannya. Kenapa? Karena bus-bus yang ada di bawah PDJT yakni bus Transpakuan belum jadi pilihan utama masyarakat. Saat ini bersaing ketat dengan ken­daraan atau mobil online,” paparnya. Belum lagi, kata Edi, kondisi sebagian besar bus Transpa­kuan yang beroperasi kurang ‘menjual’ dan sebagian besar tak terlalu mumpuni. Trans­portasi massal jumlahnya ha­rus banyak, sehingga jeda waktu dari bus satu ke bus lain­nya kurang dari setengah jam. “Kalau lebih dari itu, ya habis diambil moda transportasi lain. Itu harus disikapi supaya pe­rusahaan bisa berkembang,” tutupnya. (ryn/b/els/py)

Tags

Terkini