metro-bogor

PMII Geruduk Markas Polisi

Selasa, 2 Oktober 2018 | 08:26 WIB

METROPOLITAN – Kasus penembakan aktivis maha­siswa oleh oknum aparat kepolisian di Kabupaten Tasikmalaya, beberapa wak­tu lalu, memancing reaksi berbagai pihak di Kota Bogor. Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Bogor pun menggeruduk markas Pol­resta Bogor Kota, di Jalan Kapten Muslihat, kemarin (1/9). Mereka berorasi dan menampilkan aksi teatrikal, untuk mendorong kepoli­sian menindak oknum po­lisi yang berbuat seenaknya dan melakukan penembakan terhadap aktivis.

Ketua Pengurus Cabang (PC) PMII Kota Bogor, Ibnu Hasani mengatakan, pihaknya ingin memberikan dukungan moril terhadap korban, dan menekan kepolisian untuk bertindak cepat dan tegas atas kasus penembakan re­kan PMII di Tasikmalaya. Apalagi, kedua aktivis itu ditengarai menjadi korban salah paham dari aparat ke­polisian, hingga menyebab­kan penembakan dan pe­mukulan.

“Waktu itu kan mereka tiba-tiba diserang, lalu me­nerima tindakan kekerasan tanpa dasar. Sempat dikira jadi korban begal, mereka lalu sadar aparat itu salah sasaran,” katanya saat dite­mui Metropolitan, kemarin.

Padahal, sambung dia, dalam undang–undang kepolisian, jelas tertera polisi merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. “Menegakan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat,” tambah­nya.

Pihaknya menekan aparat kepolisian di Kota Bogor, untuk menekan dan meny­ampaikan aspirasi ke kepo­lisian Tasikmalaya dan Jawa Barat, agar segera diusut tuntas kasus salah sasaran ini. “Beberapa waktu lalu, Kapolres Kabupaten Tasik­malaya pernah berstatment bahwa dirinya akan men­gundurkan diri jika penanga­nan ini lambat. Dorongan ini harusnya bisa disampai­kan oleh Polresta Bogor Kota ke sana,” paparnya.

Oknum polisi tersebut, kata Ibnu, harus ‘dikartu merah’. Sebab, tindakan yang melang­gar hukum pidana tersebut menyebabkan kerugian bagi orang lain, yang terluka dan bisa saja sampai meregang nyawa. “Atas nama kemanu­siaan dan persaudaraan, kami menuntut keras untuk mencabut identitas keang­gotaan polisi yang biadab. Lalu pidanakan pelaku, me­negakan keadilan, dan publi­kasikan hasil visum dari korban,” pungkasnya. (ryn/b/yok)

Tags

Terkini