Penerapan program ganjil genap di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor yang akan diberlakukan menuai pro-kontra. Sebab, wacana pemberlakuan ini bakal memengaruhi ekonomi di bidang pariwisata. Ketua Penelitian dan Pengembangan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Bogor, Sofyan Ginting, menuturkan, penerapan ganjil genap yang dikatakan sebagai solusi dari kemacetan Puncak rasanya perlu dikaji dan dipertimbangkan dengan baik.
“MASIH ada cara lain untuk menyelesaikan kemacetan di Puncak selain penerapan ganjil genap,” terang Sofyan saat ditemui Metropolitan di salah satu hotel di Jalan Pajajaran, kemarin. Dengan pemberlakuan ganjil genap di kawasan Puncak, maka akan membatasi masyarakat untuk menginap di hotel.
“Sekarang dihitung dulu deh, dalam tiga bulan ke depan sampai akhir tahun ada berapa hari libur. Seimbang atau tidak ganjil dan genapnya. Sedangkan okupansi (kamar yang terisi, red) di hotel kita itu tingginya di hari libur,” paparnya.
Okupansi hotel setiap malam minggu atau hari libur merupakan panennya masyarakat yang berniaga atau masyarakat yang memiliki ekonomi tinggi. Okupansi hotel di Puncak saat hari libur mencapai 70 persen hingga 80 persen. Untuk hari kerja hanya 50 persen hingga 60 persen, bahkan bisa mencapai 40 persen. Sehingga sudah terbukti, okupansi hotel tertinggi itu di hari libur.
“Jadi baiknya dipertimbangkan aspek lain dengan matang agar tidak membuat resah orang-orang yang usaha di hari libur,” katanya. Menurut dia, Puncak merupakan destinasi wisata. Jika diberlakukan ganjil genap, okupansi tentu akan turun karena masyarakat membatasi kunjungan. Puncak sedang ditata menjadi lebih baik dan perhotelan sedang membenahi pelayanan. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata sekitar 30 persen.
“Lalu sekarang sudah bagus malah dibatasi, logikanya gamasuk. Saya tegaskan, ini tidak boleh dilakukan pembatasan atau pengaturan ganjil genap. Kalau tidak nanti akan mempengaruhi tingkat pemasukan,” tegasnya.
Terpisah, Room Division Manager Hotel Royal Safari, Dody Saputro, memaparkan, untuk wacana pemberlakuan ganjil genap di Puncak Bogor untuk hari kerja tidak begitu berpengaruh terhadap okupansi hotel. Sebab, tamu Royal Safari di hari kerja datang untuk menggelar meeting, jadi memang sudah dipersiapkan sebelumnya. “Tapi di hari libur, tamu hotel berdatangan untuk berwisata tentu berpengaruh,” bebernya.
Ia menjelaskan, okupansi Royal Safari pada hari libur mencapai 95 persen hingga 100 persen. Hari kerja 40 persen hingga 50 persen. Jumlah kamar yang tersedia dengan berbagai tipe yakni 319 kamar dengan harga mulai Rp700 ribu sampai Rp4,5 juta. “Sebenarnya efek dari penerapan ganjil genap itu pasti ada dan akan menurunkan okupansi hotel,” katanya.
Sementara itu, Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Bogor, AKP Hasby Ristama, mengatakan, penerapan ganjil genap di Jalan Raya Puncak baru sebatas usulan. ”Jadi, ini baru akan dibahas dengan kepolisian, pemerintah daerah maupun kementerian terkait,” ujarnya.
Meski begitu, sambung Hasby, kawasan Puncak sangat memungkinkan diterapkan ganjil genap, mengingat rata-rata jumlah kendaraan melintas jalur Puncak, khususnya pada akhir pekan di atas 40.000 kendaraan. Sedangkan kapasitas jalur Puncak sepanjang 21 kilometer sekitar 20.000 kendaraan.
”Perbandingan jumlah dan kapasitas saja berbeda jauh. Sistem satu arah diberlakukan setiap akhir pekan dan sudah berlangsung 31 tahun pun tidak relevan,” tandasnya. (mgh/c/yok/py)