Kesenjangan sosial rupanya masih menjadi permasalahan yang begitu tinggi di kota hujan, yang sampai saat ini belum juga teratasi meski telah berganti kepemimpinan. Masih banyak warga yang hidup dibawah garis kemiskinan membuat banyak warga di Kota Bogor bekerja serabutan. Seperti yang dilakukan Emy Nuraeni (65), seorang ibu asal Kecamatan Bogor Barat. Setiap pagi usai salat subuh, wanita yang dimakan usia ini menyusuri Istana Kepresidenan di Kota Bogor, demi mencari sampah plastik.
BERBEKAL karung dan kepekaan melihat sampah, Eni setiap hari rutin mengelilingi Istana Bogor. Buruan utamanya adalah plastik bekas minuman yang biasa dibuang sembarangan oleh masyarakat maupun pengunjung.
“Alhmdulilah, meski terkadang harus kejar-kejaran dengan Satpol PP, tapi ini bisa membantu penghasilan suami saya dalam menafkahi keluarga,” kata Eni saat ditemui Metropolitan dipertigaan Istana Bogor, kemarin.
Ia mengatakan, bekerja sebagai pemulung merupakan pekerjaan yang halal. Selain, bisa menghasilkan uang, juga dapat mengurangi tumpukan sampah plastik yang berserakan di Kota Bogor. Meski sebagian orang menilai sampah tidak berarti. Namun, bagi dirinya gelas plastik dan kardus bekas merupakan berkah yang bisa menghidupi keluarganya.
“Saya memungut sampah dari mulai Jembatan Merah sampai depan kantor DPRD dan seputaran Istana Bogor. Dan jka diuangkan, rata-rata perhari bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp 20 ribu,” beber nenek tujuh anak itu.
Emy mengaku, menjadi seorang pemulung di kota kelahirannya ini bukanlah pekerjaan yang diinginkannya. Akan tetapi kebutuhan ekonomi memaksanya tetap bekerja. Dan saat ini sang suami sebagai tulang punggung bekerja menjadi seorang marbot masjid.
“Kalau lagi tertangkap Satpol, yah saya terpaksa libur dan tidak mengais rejeki di jalan,” ucap Emi sambil tersenyum. (ads/b/yok)