METROPOLITAN – Pada peringatan Hari Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), sebanyak 14.000 guru honorer di Kabupaten Bogor masih belum menemukan angin segar. Sebab, ribuan guru tersebut belum mendapatkan kejelasan terkait Surat Keputusan (SK) yang hingga kini belum dikeluarkan bupati Bogor.
Ketua Perkumpulan Guru Honorer (PGH) cabang Kabupaten Bogor, Hasan, mengatakan, banyak guru honorer yang hingga saat ini belum ada kejelasan pascaaksi bulan lalu yang meminta tenaga guru bisa di-SK-kan Bupati Bogor, Nurhayanti. Ia berharap momen PGRI ini menjadi kado istimewa bagi guru honorer.
“Sudah beberapa kali kami demo hingga saat ini belum ada kabar terkait SK yang diberikan bupati Bogor terhadap guru honorer. Selama ini SK itu hanya diberikan kepala sekolah,’’ katanya. Hasan mengaku di era yang serba mahal tidak berbanding lurus dengan upah yang diterima guru honorer. Karena selama ini banyak guru honorer yang hanya mendapatkan upah sangat kecil, mulai dari Rp200.000 hingga Rp800.000. “Upah itu tergantung jumlah siswanya. Kalau siswanya sedikit, upah mereka sangat kecil. Semoga bupati Bogor di Hari PGRI ini bisa memperhatikan nasib guru,’’ katanya.
Sebelumnya, nasib nahas dialami Bakon Askolani (26), salah satu guru honor di Kabupaten Bogor. Ia terpaksa harus menelan pil pahit karena gagal menikah dengan pujaan hatinya. Dengan penghasilan Rp500.000, ia harus menyisihkan penghasilannya demi meminang sang kekasih. Namun sayang, setelah bertahun-tahun menabung, uang yang dimilikinya tak juga cukup.
“Saya sudah menabung bertahun-tahun, tapi uangnya nggak cukup terus. Apalagi sekarang kan harga kebutuhan pokok makin mahal,” paparnya.
Pemuda asal Kecamatan Rumpin itu bergabung dengan ratusan guru honor se-Kabupaten Bogor melakukan aksi unjuk rasa di gedung DPRD Kabupaten Bogor. Dalam aksinya itu, ia membawa spanduk bertuliskan “Gaji Guru Honorer Tak Cukup Buat Nikah, PGH Rumpin” yang menjadi perbincangan masyarakat.
Ia juga mengaku tulisannya itu merupakan pengalaman pribadinya bersama sejumlah guru honorer lainnya. Sebab, honor yang diterimanya minim dan tak sebanding dengan tanggung jawab yang diembannya. “Saya kasihan sama pasangan saya, sudah bertahun-tahun janji akan menikahinya tapi gagal karena gaji saya sedikit,” ungkap guru honorer di SDN Rabak itu. (mul/c/mam/py)