metro-bogor

Rawat Inap di RS Islam Bisa Diorder?

Rabu, 5 Desember 2018 | 08:17 WIB

METROPOLITAN – Pelayanan kesehatan di Kota Bogor kembali bermasalah. Kali ini menimpa pasien BPJS PBI asal Kampung Kelapatiga, Kelurahan Mekarwangi, Keca­matan Tanahsareal, yakni Siti Khodijah (48). Untuk mendapatkan tempat tidur rawat inap di RS Islam, dirinya terpaksa harus menung­gu berjam-jam. Pihak rumah sakit beralasan ruang kelas 3 dan 2 penuh. Ketika dicek, ternyata masih ada ruang kosong.

Keluarga pasien, Desi Arsanti, mengatakan, keluarganya harus mengalah lantaran ru­angan telah di-booking pasien lain. Padahal, ia bersama Khodijah datang ke RS Islam sejak pukul 14:00 WIB dan pasien diperiksa di IGD. Karena sudah menunggu lama, ia memberanikan diri mengecek langsung ke ruangan kelas 3. Ternyata ada satu tempat tidur nomor 11 yang kosong. “Ketika saya balik lagi ke UGD, pihak rumah sakit bilang bahwa ruangan kelas 3 sudah penuh. Sedangkan ru­angan yang kosong untuk pasien datang lebih dulu,” terang Desi saat ditemui Metropolitan, kemarin. ­

Ketika tempat tidur pasien kelas tiga kosong, sambung dia, seharusnya bisa ditempatkan sementara di kelas dua. Saat dicek ruang untuk kelas 2 ada empat tempat tidur yang kosong. Tapi dari perawat beralasan satu tempat tidur laki- laki ko­song, dua tempat tidur perem­puan dengan alas sedang dip­erbaiki dan satu sudah di-booking pasien lain. “Ini kan aneh,” katanya.

Mendengar adanya aduan masyarakat terkait hal itu, Se­kretaris Komisi IV DPRD Kota Bogor, Atty Somaddikarya, langsung mendatangi lokasi. ”Yang namanya rumah sakit harus mengedepankan sisi kemanusiaan. Apalagi ada ba­hasa tempat tidur sudah di-booking,” tegasnya. Padahal, jelas dia, saat dicek kelas 3 dan 2 masih ada kamar yang kosong. Itu dibuktikan keluarga pasien. “Masyarakat harus bisa dilay­ani maksimal, bukan diabaikan. Mestinya ketika kelas 3 penuh, kelas 2 kosong sang pasien bisa dititipkan dulu. Baru nan­ti dpindahkan lagi,” bebernya.

Atty menegaskan, rumah sakit bukanlah hotel yang berorien­tasi pada keuntungan semata. Rumah sakit itu untuk mem­perjuangkan nyawa seseorang. Ia mengaku prihatin dengan kondisi yang terjadi. “Kita cek ruangan di kelas dua masih ada yang kosong. Yang katanya se­dang dicat pihak rumah sakit, ternyata tidak ada bekasnya. Ini kan aneh, seharusnya penanganan pertama harus diutamakan,” ungkapnya.

Atty pun meminta rumah sakit transparan terkait jumlah kamar yang kosong dan penuh. Ter­masuk adanya rencana pasien yang hendak pulang. Sehingga pasien ada kepastian, bukan malah dirujuk ke tempat lain. Apalagi, kondisi sang nenek su­dah sepuh. ”Jadi harus transpa­ran, jangan sampai pasien me­rasa dipingpong pihak rumah sakit. Saya sudah tujuh kali tel­epon dinkes, tapi tidak direspons. Saya juga akan panggil kadinkes agar menindaklanjuti pihak ru­mah sakit,” bebernya.

Sementara itu, Wakil Direktur RS Islam, Dewi Wiyana, mem­bantah pihaknya menahan pasien untuk tidak masuk ke kelas dua. ”Ruangan itu sedang dicat ulang dan diperbaiki, karena bocor. Jadi, saat ada yang kosong langsung direnovasi. Sebab yang namanya rumah sakit 7 hari 24 jam selalu penuh,” katanya.

Disinggung mengenai ruangan yang telah di-booking, ia me­negaskan bahwa itu terjadi karena ada jadwal operasi atau tindakan hemodialisa. ”Jadi, sudah dijadwalkan sebelumnya. Kalau soal kapan pasien masuk, itu tergantung pasiennya. Yang pasti, kalau kamar penuh pasien bisa dirujuk ke tempat kosong. Prosedurnya kalau sudah enam jam di IGD belum ada ruangan bisa dirujuk ke ruangan lain,” tukasnya. (ads/c/yok/py)

Tags

Terkini