metro-bogor

Ditjen PSLB3 KHLK Gandeng Komunitas Difabel Bogor Ubah Paradigma Sampah Limbah Menjadi Sampah Berkah

Rabu, 12 Desember 2018 | 09:16 WIB

METROPOLITAN - Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Kehutanan Kementrian Lingkungah Hidup dan Kehutanan (KLHK) menggelar pendampingan pengelolaan bank sampah bersama komunitas disabilitas Kota Bogor. Tema ‘Gerakan Memilah Sampah Menjadi Berkah’ pun diangkat dengan menghadirkan perwakilan komunitas, pegiat lingkungan Gemarsawi Ahmad Faiz, serta pakar Bank Sampah, Andi Sabyan, Munis dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bogor Elia Buntang.

Perwakilan Ditjen PSLB3 KLHK, Arief Sumarji mengatakan, pendampingan langs­ung soal pemanfaatan sampah oleh pakar bank sampah ini diharapkan dapat memo­tivasi warga Kota Bogor dalam memanfatkan sampah. Pembinaan ini dinilai dapat mendo­rong pengurangan sampah sumber rumah  tangga, sehingga paradigma masyarakat dari sampah sebagai limbah, berubah men­jadi sampah sebagai berkah. ­

Sementara itu, Direktur Jen­deral Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3, Rosa Vivien Ratnawati menuturkan, per­masalahan sampah yang su­dah kompleks membutuhkan penanganan yang terinte­grasi, tidak saja pengolahan sampah di hilir atau di Tempat Permrosesan Akhir (TPA), tetapi juga upaya pengurang­an sampah dari sumbernya.

Untuk itu, pemerintah pusat maupun daerah terus meng­kampanyekan pengurangan sampah. Hal ini dapat dicapai dengan menghindari pema­kaian produk sekali pakai, serta pemanfaatan sampah yang bernilai ekonomis, se­hingga dapat menjadi motor penggerak ekonomi rakyat.

“Pemikiran sampah adalah limbah tidak berguna, harus dirubah menjadi sampah ada­lah berkah. Sampah sangat bermanfaat apabila dikelola dengan bijak, melibatkan se­mua elemen masyarakat,” katanya kepada awak media.

Viven mengimbau, masy­arakat untuk berpartisipasi dengan cara yang paling mu­dah dan sederhana, yaitu memulai dari diri sendiri. Seperti mulai dengan niat tidak membuang sampah sembarangan, tidak memba­kar sampah. Lalu mulai belajar memilah sampah, memisah­kan sampah basah atau kering (sampah organik atau non organik). “Kembangkan kre­atifitas untuk dapat meman­faatkan sampah menjadi ba­rang lebih berguna dan punya nilai ekonomis menjanjikan,” paparnya.

Vivien mengingatkan, Pera­turan Presiden Nomor 97 ta­hun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional (Jakstra­nas) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tang­ga, mengamanatkan target pengurangan sampah sebesar 30 persen, serta penanganan sampah sebesar 70 persen pada tahun 2025. Sehingga tercapai Indonesia Bersih Sampah pada 2025.

Pemerintah daerah harus mempunyai perencanaan dan aksi nyata dalam pengurang­an dan penanganan asampah melalui kebijakan dan stra­tegi daerah. Artinya, harus terjadi pengurangan sampah dan penanganan sampah terukur di kabupaten atau kota.

“Untuk itu kita harus mene­mukan cara yang tepat agar peran serta masyarakat, teru­tama kader lingkungan yang hadir, untuk benar-benar pe­duli kebersihan dan pengu­rangan sampah. Harus bisa menunjukkan, masyarakat dan Pemkot Bogor dapat be­kerjasama untuk mencapai kota layak huni atau Liveable Cities,” terangnya.

Kota Bogor sebagai kota pendidikan dan kota wisata di Jawa Barat, mempunyai implikasi jumlah timbulan sampah yang terus meningkat, yang dihasilkan oleh pendu­duk dan pendatang atau wi­satawan. Maka tidak mudah bagi Pemkot Bogor melakukan pelayanan ke seluruh keca­matan, apalagi dengan kon­disi TPA yang sudah hampir penuh.

Pola pikir masyarakat yang selama ini “Kumpul, Angkut, Buang” harus diubah men­jadi “Kumpul, Pilah dan Olah”, sehingga sampah mempu­nyai nilai ekonomi bagi ma­syarakat yang berkembang dan menjadi circular eco­nomy.

“Seluruh warga Kota Bogor harus ikut terlibat dalam peng­elolaan sampah, sehingga jumlah sampah yang dibawa ke TPA dapat dikurangi se­cara signifikan. Selanjutnya, kami mengharapkan peman­faatan motor sampah roda tiga ini tepat sasaran bagi masyarakat yang mengurangi sampah dari sumbernya dalam mendukung pengembangan Bank Sampah,” pungkasnya. (ryn/b/yok)

Tags

Terkini