METROPOLITAN – Polemik soal proyek pembangunan Perumahan Harmoni di Desa Gunungsari, Kecamatan Citeureup yang diduga bodong terus berlanjut. Buntutnya, SDN 02 Gunungsari yang lokasinya bersebelahan dengan proyek tersebut, mengalami keretakan di lantai sekolah dan tanah longsor di belakang gedung.
Kepala SDN Gunungsari 02, Panji, membenarkan ada retakan dan longsoran di belakang gedung sekolah. Namun, ia mengaku pasrah dan belum tahu kejelasan soal perbaikan sekolah yang kini rawan longsor itu. ”Kalau retak dan longsor di belakang sekolah, iya betul. Tapi, kami tidak tahu tindak lanjutnya seperti apa,” katanya.
Panji pun menyerahkan urusan tersebut ke kantor Desa Gunungsari sebagai pemangku wilayah. Walaupun sebenarnya ia merasa miris dengan kondisi sekolah yang dipimpinnya itu. Secara tersirat, pria berkumis itu tak menampik adanya dugaan tanah longsor dan retakan yang muncul di sekolah tanpa pagar pembatas di sekelilingnya itu disebabkan proyek Perumahan Harmoni. ”Silakan tanya Pak Lurah untuk jelasnya. Silakan juga melihat ke lokasi, tentu akan lebih jelas,” ujarnya singkat.
Senada, Sekretaris Desa (Sekdes) Gunungsari, Dwi Darwanto, mengaku tak tahu-menahu soal masalah
tersebut. “Nggak tahu. Lebih baik tanya ke Pak Lurah ya,” tuturnya.
Sebelumnya diberitakan, sekilas tak ada yang aneh dengan kondisi SDN Gunungsari 02, Desa Gunungsari, Kecamatan Citeureup. Layaknya sekolah di pelosok, lembaga pendidikan ini tidak memiliki pagar pembatas yang mengelilingi sekolah. Terlihat seonggok papan nama sekolah bertengger di pintu masuk yang berada di tebingan.
Saat itu waktu menunjukkan pukul 13:00 WIB. Sekolah di Kampung Mumunggang, RT 04/02, Desa Gunungsari itu sepi dan tidak ada kegiatan belajar mengajar. Hanya ada dua anak perempuan, warga sekitar yang duduk-duduk di pojok teras kelas. Rupanya kegiatan belajar sudah berakhir, karena hanya ada kelas pagi. Pekerja bangunan yang tengah renovasi gedung sekolah sedang beristirahat. Ditemani nasi bungkus dan kopi, mereka begitu menikmati.
Belakangan ini SDN Gunungsari 02 menjadi perbincangan hangat terkait polemik proyek pembangunan dengan Perumahan Harmoni tepat di sebelah sekolah. Bukan cuma simpang siur soal izin lokasi, baru proses pemerataan lahan saja sudah merusak bangunan sekolah.
Patahan atau retakan di lantai sekolah pun muncul, sehingga membahayakan siswa yang belajar di sekolah tersebut. Retakan tanah itu sekitar delapan meter panjangnya. Mengingat posisi gedung sekolah berada tepat di tebing lokasi proyek perumahan yang sudah selesai pemerataan alias cut and fill. “Itu (retakan, red) baru-baru lah adanya. Kami sih nggak tahu kenapa, tepat di tanah teras gedung yang baru jadi. Panjang ya,” kata pekerja Amir (45) yang tengah merenovasi gedung sekolah.
Munculnya patahan atau retakan di tanah sekolah juga dibenarkan Kepala Desa (Kades) Gunungsari, Hendra Fermana. Melalui sambungan telepon, ia menjelaskan bahwa retakan muncul akibat proyek perumahan yang persis bersebelahan dengan bangunan sekolah. Kontur wilayah berupa tebingan dan kondisi alam yang tengah kering, dinilai bisa menjadi faktor munculnya retakan tanah.
“Jadi yang menjadi masalah itu bukan izin atau administrasi proyek Perumahan Harmoni, tapi soal dampak yang ditimbulkan, yakni retakan pada tanah sekolah. Yang dikhawatirkan mengancam sekolah, anak-anak, guru, pada saat belajar mengajar,” ungkapnya.
Bahkan, polemik tersebut sudah sampai ke telinga wakil rakyat di DPRD Kabupaten Bogor. Menurut dia, beberapa waktu lalu anggota dewan melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke lokasi proyek. “Sudah ada juga dewan yang datang lihat lokasi,” terangnya.(ryn/d/yok/py)