METROPOLITAN – Memasuki musim peralihan dari penghujan menuju kemarau sontak mengakibatkan terjadinya cuaca ekstrem. Tidak hanya peralihan musim, cuaca ekstrem juga disebabkan adanya pertumbuhan awan cumulonimbus di sepanjang Jawa Barat. Cuaca ekstrem yang belakangan ini terjadi menyebabkan sejumlah bencana alam di beberapa titik Kota dan Kabupaten Bogor. Pohon tumbang, banjir, angin kencang hingga longsor adalah bencana alam yang kerap terjadi. Hujan deras disertai angin kencang yang terjadi pada Senin (25/2) lalu mengakibatkan sejumlah pohon besar di Kota Hujan tumbang. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor mencatat, sedi kitnya ada empat titik terjadinya pohon tumbang akibat cuaca ekstrem pada Senin lalu. Di antaranya di Jalan KH Abdullah Bin Nuh, samping Giant Yasmin, Perempatan Yasmin arah Bubulak, di depan Masjid Ar-Ridwan Cilendek Barat dan pohon tumbang di Bubulak yang menimpa rumah warga. Serta adanya tembok roboh di Perumahan Permata Residence, RT 03/05, Semplak, dan asbes yang terbawa angin. Staf Operator Pusdalops BPBD Kota Bogor, Yogi Marzati Utama, menjelaskan, bencana juga sempat terjadi disejumlah titik. Diantaranya, pohon tumbang akibat angin puting beliung di Kelurahan Curugmekar, tanah ambles di Kelurahan Cibuluh, bangunan jebol di Kelurahan Ciparigi dan banjir di Kelurahan Cibadak, Kota Bogor. “Bencana tanah longsor terjadi di lima wilayah kelurahan. Di antaranya di Kelurahan Cibuluh, Sukadamai, Mekarwangi, Sukadamai dan Bantarjati,” bebernya. Sementara itu, Kepala Bidang Pemetaan Kebencanaan dan Perubahan Iklim, pada Badan Informasi Geospasial (BIG) Ferrari Pinem mengatakan, secara umum hampir seluruh wilayah Kabupaten Bogor berada dalam kategori zona menengah dan tinggi daerah dengan potensi rawan gerak tanah. Itu semua berdasarkan hasil kajian, dari peta Replika Bumi Indonesia (RBI) Pulau Jawa. “Secara umum, saat kami kaji pada Sakala 1:25.000 BIG, Citra Satelit, Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (Lapan), pada peta kawasan rawan gerak tanah menunjukan, hampir sebagian besar wilayah Kabupaten Bogor, berada pada zona menengah dan tinggi,” tuturnya. Menurutnya, jika di wilayah tertentu masuk kategori zona menengah dan tinggi pergerakan tanah, maka hal itu perlu diwaspadai. Mengingat potensi terjadi longsor di kawasan tersebut bisa terjadi kapan saja. Terlebih beberapa wilayah dengan topografi (bentuk permukaan, red) dan konstruksi tanah yang memiliki tingkat kemiringan lereng yang tinggi. “Tentu ini perlu diwaspadai, terlebih belakangan ini curah hujan yang tinggi dan durasi hujan yang cukup lama sering terjadi. Pasalnya, dampak yang ditimbulkan dari zona menengah dan tinggi pergerakan tanah akan mudah terjadi longsor di wilayah tersebut,” katanya. Ferrari mengimbau, masyarakat Bogor tetap waspada. Terlebih bagi mereka yang tinggal di wilayah lereng dengan tingkat kemiringan tinggi, juga beberapa wilayah dengan konstruksi tanah yang tidak stabil. “Hal yang paling penting adalah awasi bulan-bulan basah, di mana intensitas hujan tinggi pada daerah yang memiliki rawan gerakan tanah tinggi dan menengah,” tutupnya. (ogi/c/ yok)