metro-bogor

Berkendara di Atas Tol

Senin, 4 Maret 2019 | 09:11 WIB
Pekerja menyelesaikan pembangunan konstruksi Light Rail Transit (LRT) di Jakarta Timur, Selasa (31/1). Proyek LRT ditargetkan rampung tahun 2018 mendatang, sebelum Asian Games ke-18 dimulai. Foto: kumparan/Aditia Noviansyah

METROPOLITAN - Kepala Bidang Angkutan pada Dinas Perhubungan (Dis­hub) Kabupaten Bogor, Dudi Rukmayadi, mengatakan, ada tiga wilayah yang masuk per­panjangan jalur LRT, yakni Cibanon Sukaraja, Gunung­putri dan Sentul City. LRT sen­diri merupakan salah satu dari tiga program yang dibahas dalam RITJ, selain Transit Orien­ted Development (TOD) dan Park and Ride. “BPTJ masih bahas RITJ-nya sepertinya apa, baik untuk ba­sis rel dan jalan. Nah, kami juga sama, kajian RITJ dibahas tahun ini. Misal kalau soal LRT, basis rel, LRT-nya kan dari dari pusat, nah kami soal penun­jangnya,” katanya saat ditemui Metropolitan di kantornya, akhir pekan lalu. Pria berkumis itu menamba­hkan, kajian RITJ wilayah Ka­bupaten Bogor yang dilakukan tahun ini membahas integrasi berbagai moda transportasi yang dijalankan BPTJ. Sehing­ga diharapkan pada 2020 hasil kajian itu menjadi dasar program Sistem Angkutan Umum Masal (SAUM) untuk pengelolaan dan pengadaan moda transportasi. Namun dari tiga lokasi pem­berhentian LRT di Bumi Tegar Beriman, baru lokasi di Cibanon, Kecamatan Sukaraja yang sudah ditentukan titik mana yang akan digunakan. Sedangkan untuk Gunungputri dan Sentul City baru ditentukan wilayahnya, belum pada titik pasti di ma­na. Ada lahan fasilitas sosial dan fasilitas umum (fasos-fasum) dari Sumarecon di Cibanon yang akan dimanfaatkan Pem­kab Bogor untuk sarana trans­portasi, di antaranya LRT. “Tahun ini juga sudah serah terima dari Sumarecon itu. Kalau yang dua lagi, belum ada. Cibanon lebih dulu mun­gkin menyesuaikan rencana pelebaran jalur jalan Puncak ya. Jadi pelebaran beres, nah Cibanon juga bisa berfungsi jadi sarana transportasi,” pa­parnya. Kajian RITJ Kabupaten Bo­gor tahun ini untuk memas­tikan titik lokasi di dua tempat LRT itu. Sehingga ditargetkan pada 2021 sudah bisa masuk rencana Detail Engineering Design (DED) skala RITJ. Pi­haknya menargetkan dalam lima tahun program SAUM dari Kabupaten Bogor, untuk LRT, TOD dan Park and Ride sudah bisa berjalan. Namun pada prinsipnya, program SAUM sebagai turu­nan dari program RITJ itu tidak akan mengganggu sistem transportasi angkutan yang sudah berjalan. “Makanya tahun ini bahas kajian, tahun depan itu bahas kelemba­gaan pengelolanya, lalu dila­njut 2021 penunjangnya sudah ada, sudah clear tahun itu masuk DED,” ungkapnya. Upaya membenahi sistem transportasi pernah dikeluh­kan Bupati Bogor, Ade Yasin. Berbagai kebijakan lokal ru­panya sering berbenturan dengan kebijakan pusat atau daerah lain. Ia menyebut ma­salah transportasi di Bogor tak hanya bergantung pada wilayahnya, tapi keseluruhan sistem tidak sinkron di Jabo­detabek. “Ketika bicara transportasi harus sinkron dulu Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jabodetabek-nya. Jangan sam­pai kebijakan ini berbenturan, masuk sana berbenturan. Akhirnya jadi susah,” katanya. Sehingga harus ada rencana induk dari pemerintah pusat yang sifatnya nasional untuk menjadi dasar kebijakan trans­portasi di wilayah. “Nah in­duknya seperti apa, kita ikuti. Meskipun itu berpotensi men­gubah RTRW kita, kita rela karena kepentingannya lebih besar,” tutup wanita yang akrab disapa AY itu. (ryn/c/yok/py)

Tags

Terkini