METROPOLITAN – Belasan warga Gang Muhasan, Kampung Punggilis, RT 04/13, Kelurahan Kedunghalang, Kecamatan Bogor Utara, berunjuk rasa di depan PT Guna Senaputra Sejahtera (GSS), kemarin pagi. Aksi ini merupakan buah kekesalan warga yang menilai lingkungannya tercemar aktivitas pabrik.
Aroma tak sedap dan diduga beracun keluar dari cerobong pabrik sparepart tersebut. Hal ini langsung memantik amarah warga yang terus mengeluhkan sesak dan pusing setiap pabrik beroperasi. Warga setempat, Kiki (26), mengatakan, setiap hari dirinya dan puluhan warga sekitar harus menghirup udara yang tercemar dan menimbulkan bau tak sedap. “Udara di sini jadi bau, sesak dan pusing kalau kita hirup,” katanya.
Menurut dia, pabrik tersebut mulai mengeluarkan bau tak sedap sejak enam bulan silam. Warga sudah mencoba berkomunikasi dengan pemilik pabrik, namun hingga kini belum menemukan titik terang. “Kita sudah musyawarah dengan pemilik, tapi tidak ada respons dan tanggapan warga,” ujarnya.
Bahkan, sambung Kiki, pengurus warga baik RT maupun RW sempat membuat perjanjian di atas materai yang berisikan udara sekitar harus seperti semula dan tidak boleh tercemar limbah pembakaran pabrik. “Kami buat surat perjanjian tapi dilanggar semua oleh pabrik. Kita sudah musyawarah hingga dua kali tidak ada titik temu. Bahkan, juru bicara pabrik pernah mendatangi warga dan tidak bisa mengambil keputusan,” bebernya.
Kiki berharap permasalahan ini segera terselesaikan lantaran jalan kampung tepat di belakang pabrik merupakan satu-satunya akses warga beraktivitas sehari-hari. “Kami tidak kuat menghirup udara bau sepanjang hari,” pintanya.
Sementara itu, Lurah Kedunghalang, Rahman, membenarkan adanya bau tak sedap setiap kali PT GSS beroperasi. Meski begitu, pihaknya tak ingin terburu-buru membenarkan adanya pencemaran lingkungan, karena memerlukan kajian dari pihak terkait. “Kegiatan tadi pagi (kemarin, red) lebih pada mediasi awal. Hari ini kita akan bertemu pemilik pabrik untuk mencari solusi dan jalan keluarnya. Betul udaranya agak bau, tapi kami belum bisa pastikan apakah benar tercemar atau tidak,” ujarnya.
Disinggung soal sanksi dari pemerintah setempat, Rahman mengaku tidak bisa memastikan lantaran keputusan finalnya bakal berlangsung hari ini. “Kita kan belum tahu benar atau tidaknya tercemar, kan baru mau dibahas. Jadi semua belum final,” katanya. Sementara itu, pengelola maupun pihak terkait di PT GSS belum bisa dimintai keterangan terkait demonstrasi warga saat wartawan koran ini ke lokasi.(ogi/c/yok/py)