metro-bogor

Dewan Miskin Kreasi

Selasa, 2 Juli 2019 | 11:59 WIB

Jelang berakhirnya masa bakti anggota DPRD Kabupaten Bogor 2014-2019, kinerja wakil rakyat rupanya mendapat sorotan terkait produktivitas menghasilkan peraturan daerah (perda) yang disebut jauh dari harapan.

KETUA Komite Pemantau Legislatif (Kopel) Indonesia, Anwar Razak, mengatakan, alokasi anggaran untuk kerja legislasi tahun ini yang men­capai Rp27 miliar disebut tidak sebanding dengan kinerjanya. Ia pun menyoroti belum ada­nya Raperda Inisiatif DPRD yang lahir pada 2019.

”Padahal semua fasilitas dan proses pada 2019 sudah ada. Untuk penyerapan aspirasi misalnya diplot untuk reses Rp2,1 miliar. Bahkan, studi banding anggarannya sampai Rp7 miliar untuk semua ang­gota komisi,” katanya kepada awak media. Apalagi, banyak isu serius di Bumi Tegar Beriman. Di antaranya seperti isu pendidikan soal sekolah rusak, ruang kelas roboh atau kelas jauh yang kurang fasi­litas. Belum lagi isu kesehatan yang perlu perhatian serius DPRD. ­

”Tapi ini nggak kelihatan. Ini kan masa baktinya mau habis. Bisa berarti anggaran total Rp27 miliar tahun ini tidak ada output. Meskipun hasil kegiatan bakal tercapai realisasi anggaran lebih dari 50 persen,” jelas Anwar.

Soal bentrok tahun politik, ia menilai itu bukan suatu alasan. Tren dari tahun ke tahun justru menunjukkan kapasitas untuk menerjema­hkan kebutuhan publik juga lamban merespons kondisi dasar dua bidang tersebut. Dalam catatannya, tiga tahun terakhir marak sekolah roboh, tapi hampir tak ada produk legislasi murni dari DPRD untuk mengatasi itu.

”Anggaran kita habis untuk bangun perkantoran pemerin­tah dan operasional. Sedang­kan infrastruktur pendidikan stagnan, malah berkurang. Dewan punya power memak­sa alokasi anggaran loh. Ba­hkan sistematis bila ada satu perda menguatkan penyele­saian sekolah rusak misalnya,” tegas Anwar.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapem­perda) DPRD Kabupaten Bo­gor, Usep Saefullah, menu­turkan, pihaknya terkendala agenda politik maraton, se­hingga fokus terbelah hingga produk perda yang dihasilkan belum mencapai target. Untuk tahun ini sudah ada Perda Inisiatif DPRD yakni Perda Diniyah yang ditetapkan, me­skipun diinisiasi tahun lalu. Lalu, beberapa Raperda Ini­siatif Baru pada 2019 yang masih tahap kajian akademik. ”Misalnya tentang Raperda Kelas Jalan dan Raperda Ci­mande Bagian Kesenian Dae­rah Bogor. Itu muncul pada 2019. Kendalanya ya agenda politik maraton, jadi bagi waktu pun agak sulit,” papar­nya.

Politik maraton yang di­maksud, sambung dia, soal kesibukan anggota dewan pada 2018-2019 terfokus ke Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pi­leg). ”Itu jadi kesulitan bagi kami pimpinan, karena agak kesulitan kuorum saat rapat,” terang Usep.

Pria yang juga anggota Frak­si Golkar-PAN itu menamba­hkan, adanya peningkatan alokasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Pe­rubahan juga bukan tanpa alasan. Sebab, ada perubahan tata tertib 2019 dan penam­bahan jumlah anggota DPRD Kabupaten Bogor. ”Otomatis terjadi perubahan jumlah ang­gota Alat Kelengkapan Dewan (AKD),” pungkasnya. (ryn/c/yok/py)

9

Tags

Terkini