metro-bogor

Bima: PDJT nggak Mungkin Dibubarkan

Jumat, 16 Agustus 2019 | 10:47 WIB
TERANCAM: Bus-bus Transpakuan terparkir di Terminal Bubulak, Bogor Barat. Bus tersebut nampaknya terancam bubar, karena sudah lama tidak beroperasi.

METROPOLITAN - Hidup segan mati tak mau. Begitu kira-kira peribahasa yang tepat untuk menggambarkan ’kehidupan’ Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT).

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor itu tengah dikaji status ke depannya, karena tidak bisa maksimal menunjang transportasi dan menyokong Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bogor.

Sejak berdiri pada 2007, PDJT berkutat dengan berbagai persoalan. Mulai dari keuangan hingga konflik dengan pegawai. Kajian konsultan pun ditarget rampung bulan ini untuk menentukan masa depan tetap menjadi BUMD atau berubah jadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) atau malah dibubarkan.

Wali Kota Bogor, Bima Arya, menuturkan, hingga kini kajian dari pihak ketiga untuk menentukan masa depan PDJT masih belum selesai, sehingga harus menunggu hasil rekomendasi kajian dulu sebelum memutuskan status perusahaan ke depan.

Meski begitu, ia buru-buru memastikan bahwa PDJT tidak mungkin dibubarkan. ”Kita kaji dulu, itu belum selesai. Kalau dibubarkan ya nggak mungkin. Menurut saya harus direvitalisasi PDJT ini, tapi apakah bentuknya BLUD atau tetap seperti sekarang, ini yang masih dikaji. Intinya nggak dibubarkan,” katanya.

Setelah rekomendasi keluar, sambung dia, baru akan dirumuskan bentuk ke depan seperti apa. Jika nantinya rekomendasi tetap jadi BUMD, pihaknya bakal segera melakukan proses agar pelaksana tugas (plt) direktur utama yang kini diemban Kepala Bagian Humas dan Protokol (Humpro) Setda Kota Bogor, Endang Suherman, segera didefinitifkan.

”Tapi kalau nanti harus jadi BLUD, proses pemilihan pimpinannya harus sesuai cara pemilihan direktur di BLUD. Intinya, nggak mungkin dibubarkan,” ujarnya.

Sementara itu, Plt Dirut PDJT, Endang Suherman, menuturkan, untuk membubarkan perusahaan perlu kajian yang panjang. Ia mengaku kini tergantung bagaimana kajian pihak ketiga, perumda atau BLUD. Kajian itu nantinya akan memunculkan potensi yang menjadi dasar revitalisasi struktur perusahaan.

”Restrukturisasi pegawai sangat mungkin. Pembubaran yang masih panjang, banyak aspek, misal cost dan lain-lain. Harus dihitung, kemungkinan sih diubah (status perusahaan, red),” terangnya.

Saat ini, sambung dia, hanya ada lima unit bus yang beroperasi pada trayek Cidangiang-Bellanova. Sedangkan trayek lainnya lumpuh karena armada rusak parah. ”Rusak sekali. Ketika sudah ada kepastian, baru kita liat tindakan pengadaan atau perbaikan,” tuntas Endang. (ryn/c/yok/py)

Tags

Terkini