metro-bogor

Sibuk Masak Combro, Iis Terbawa Longsor Sungai Ciliwung

Jumat, 30 Agustus 2019 | 09:25 WIB

METROPOLITAN – Kamis (29/8) pagi, menjadi hari-hari biasa bagi Ibu Iis (45), warga Kampung Pulogeulis RT 1/4 Kelurahan Babakan­pasar, Kecamatan Bogor Tengah, yang tengah mema­sak makanan tradisional com­bro, yang bisa ia dagangkan ke sekeliling kampung hing­ga Pasar Bogor.

Sekitar pukul 07:30 WIB, saat tengah me­masak gorengan combro ‘yang terakhir’, bruuukk.. tiba-tiba saja tubuh wanita asal Cianjur jatuh dan terbawa material longsoran teras rumah yang dijadikan dapur itu.

Sembari mengenakan das­ter, Iis sempat tertimbun di­antara material longsoran yang berupa beton dan keramik, serta batu kali. Sebab, rumah yang ia kontrakan bersama suami dan tiga orang pekerja itu berada persis di batas ping­giran Sungai Ciliwung. Iis jatuh bersama longsoran se­dalam 5-7 meter. Untung saja, ketinggian air sungai tidak terlalu tinggi, sehingga Iis tidak sampai terbawa aliran sungai.

“Waktu itu nggak ada angin, nggak ada hujan. Saya sedang masak combro, tiba-tiba saja pas mau matiin kompor, saya terbawa longsoran dan ambruk kebawah. Sadar nggak sadar sih, pokoknya tertimpa kena kepala dan tubuh. Saya juga bangun dan naik sendiri,” kata Iis saat ditemui Metro­politan di kediamannya, ke­marin.

Untung saja, nyawanya bisa terselamatkan. Selang bebe­rapa waktu, warga pun ber­hamburan datang menolong wanita itu. Akibatnya, ia pun mengalami luka di kepala, sehingga harus mendapat enam jahitan serta luka di kaki akibat tertimpa reruntu­han dan keramik rumah. “Di­bawa ke puskemas Belong, karena harus dapat jaitan, akhirnya dibawa ke RS Vania. Dua jam dapat perawatan, saya kembali ke rumah lagi,” ujarnya

Kondisi bekas longsoran pun kini sudah ditutup terpal oleh Badan Penanggulangan Ben­cana Daerah (BPBD) Kota Bogor. Hujan yang terjadi di hari sebelumnya, ditengarai jadi penyebab. Tetangga kor­ban, ibu Rohmah (52) menga­ku sempat mendengar suara gemuruh di sekitaran ping­giran sungai, namun ia tidak menyangka, gemuruh itu berujung pada rumah tetan­gganya yang longsor.

“Saya sih sempat denger ada suara gemuruh, tapi nggak nyangka didepan rumah ini. Tahu-tahu bu Iis terbawa longsoran, sementara kompor ngegantung masih nyala, go­rengan combro juga berham­buran ke bawah. Berdarah ya mungkin ketimpa keramik. Kan udah lama nggak hujan, ini tiba-tiba deras, jadi mem­pengaruhi struktur tanah kan dekat sungai,” ujarnya.

Sementara itu, Lurah Baba­kanpasar, Rena da Frina menga­ku tidak bisa berbuat banyak, lantaran posisi rumah yang memang berada di pinggiran Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung.

Ia juga tidak bisa mengajukan perbaikan lewat bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) karena hanya mengontrak dan bukan rumah sendiri. Ia mengaku di sepan­jang pinggiran Sungai Ciliwung, apalagi di kampung Pulogeulis, berdiri banyak bangunan warga yang berbahaya dan rawan terbawa longsoran aliran sungai.

“Kita sedang upayakan in­vetarisir, berapa jumlahnya, karena kan memang bahaya itu rumah rempet sekali dengan sungai, masuk DAS. Tapi kita upayakan bantuan, kita himbau juga mulai hati-hati, karena sudah mulai se­ring hujan,” tutup mantan Lurah Sempur itu. (ryn/c/ yok)

Tags

Terkini