metro-bogor

Percepatan Wujud Kota Ramah Keluarga

Rabu, 4 September 2019 | 09:18 WIB

METROPOLITAN - Setelah mengikuti serangkaian materi tentang keluarga, sebanyak 960 peserta Sekolah Ibu angkatan pertama tahun 2019, dari tiga kecamatan se-Kota Bogor, diwisuda di Gelanggang Olahraga (GOR) Pajajaran, Kecamatan Tanahsareal, kemarin (3/9). Diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Pembacaan Ikrar dari Wisudawan, laporan ketua panitia, hingga penyerahan sertifikat dan pemindahan tali toga oleh Wali Kota Bogor Bima Arya sebagai acara puncak.

Laporan : Ryan Muttaqien

Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Perlindungan Anak (DPMPPA), Artiana Yanar Anggraini, mengatakan, tidak ada yang berbeda dengan wisuda dua tahun-tahun sebelumnya, dimana sebelum ‘lulus’, para peserta bergulat dengan buku dan kegiatan bertema keluarga selama 20 kali pertemuan atau hampir tiga bulan. Diharapkan para peserta bisa memanfaatkan ilmu yang didapat di dalam keluarga.

“Percepatan mewujudkan Bogor sebagai Kota Ramah Keluarga,” katanya.

Dari para peserta, banyak yang mengalami perubahan dalam keluarga bahkan ingin Sekolah Ibu bisa diperpanjang waktunya. Sebab, Sekolah Ibu dihadikan untuk mengembangkan fungsi seorang ibu bagi anak dan tugas istri kepada suaminya.

Anna, sapaan karibnya bahkan mengklaim, angka perceraian makin tahun makin berkurang. Salah satunya karena banyak ibu mengikuti kegiatan sekolah Ibu. Dari data yang ia dapat, angka perceraian medio 2017-2018 berkurang sekitar 10 persen. Dimana pada 2017 angka perceraian mencapai 79 perkara, menjadi 54 perkara saja pada 2018.

“Kalau dirunut kebelakang, makin kecil karena pada 2016 ada 83 gugatan perceraian di Pengadilan Negeri (PN) Bogor,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua TP PKK Kota Bogor Yane Ardian mengaku bertahannya program Sekolah Ibu di Kota Bogor menjadi penghargaan bagi PKK sebagai pelaksana dan penggagas Sekolah Ibu di enam kecamatan se-Kota Bogor. Bahkan, akhir September, pihaknya mewacanakan ‘reuni’ atau silaturahmi antar suami alumni Sekolah Ibu.

“Menggugah para peserta untuk terus mengamalkan ilmu yang sudah dimiliki dan sudah didapat,” imbuh Yane.

Meski begitu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor, Ade Sarip Hidayat, mengaku, penyelenggaraan Sekolah Ibu harus juga mendapat evaluasi, melihat harapan dari tujuan program dengan perubahgan sikap peran dan perilaku seorang ibu di rumah tangga. Melihat pengakuan, kondisi perlakuan dan informasi di Kementerian Agama (Kemenag), di persidangan Pengadilan Agama (PA) Kota Bogor sudah sangat berkurang tingkat perceraian Kota Bogor.

“Selain itu, berharap kaitan dengan pembentukan anak dan keluarga. Sehingga mereka (peserta Sekolah Ibu, red) ada kemampuan-kemampuan bisa mampu berkomunikasi dengan anak-anaknya juga suaminya," ujarnya.

Ade mengaku, bangga dan suka dengan program Sekolah Ibu, karena menjadi sebuah tahapan Pemkot Bogor menjadi kota ramah keluarga. Sesuai mimpi tahun 2025 dalam mencapai Kota Bogor menjadi kota dengan masyarakat yang Madani.

"Jika keluarga sudah baik Madani Kota Bogor dan berusahabat bagi keluarga kotanya. Itu akan wujud di Kota Bogor. Besok lusa harus terevaluasi dalam kehidupan di kota Bogor misalnya berkurang pemakaian narkoba, tentang tawuran berkurang dan negatif lainnya berkurang," tuntasnya. (ryn/c/yok)

Tags

Terkini