METROPOLITAN- Bertempat di aula Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, ratusan warga pada Sabtu sore, (23/11), mengikuti sosialisasi empat pilar yang diselenggarakan oleh anggota MPR 2019 2024 Diah Pitaloka. Meski sempat diiringi oleh hujan, tak menyurutkan peserta yang sebagian besar adalah perempuan. Mereka tertib mengisi daftar hadir dan mendapatkan buku empat pilar yang diterbitkan MPR RI. Diah Pitaloka, dalam sosialisasi kali ini didampingi Iwan Nurdin, Ketua Dewan Nasional Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA). Dalam pemaparannya, ia banyak menjelaskan tentang Bhineka Tunggal Ika sebagai modal besar bagi kemajuan bangsa Indonesia. “Keberagaman agama, keberagaman etnik, suku bangsa dan ras, hingga keberagaman wilayah Indonesia sesungguhnya telah lama dimengerti sebagai kekayaan tak ternilai bangsa Indonesia,” ucap Diah. Kekayaan tersebut, sambung dia, akan bernilai sangat besar jika bangsa Indonesia memiliki semangat persatuan. Bukan penyeragaman. “Karena itu, penjajah asing dahulu memanfaatkan keberagaman kita tersebut dengan cara memecah belah bangsa kita, membesar-besarkan perbedaan dan melupakan tujuan-tujuan bersama sebagai negara dalam kepulauan Nusantara. Jadilah bangsa kita terjajah,” kata anggota Komisi VIII DPR-RI, tersebut. Sekarang, sambung dia, suasana yang sama sedang dibangun, radikalisme beragama yang membuat agama sebagai alat memusuhi agama lainnya. Bahkan, saat ini, semakin cepat menyebar luas oleh media sosial. “Karena itu, pemahaman tentang Bhineka Tunggal Ika sebagai payung kebangsaan kita harus dirawat dengan baik,” tegasnya. Sementara itu, Iwan Nurdin menjelaskan tentang pentingnya gotong-royong warga untuk menciptakan kesejahteraan sosial dan keadilan sosial warga secara mandiri. “Kita tidak perlu menunggu uluran tangan pemerintah baik pusat hingga kota untuk mewujudkan kesejahteraan sosial,” bebernya. Ia mengajak, untuk berorganisasi sosial di kampung, seperti, yang bisa menjahit belajar menjahit bersama. Warga yang memiliki keahlian montir, tata boga, tata rias, pertanian, perikanan juga saling bersama-sama untuk membuat kampung sebagai alat produksi dengan cara gotong royong. “Dengan organisasi sosial kita bisa menundukkan serangan radikalisme yang anti kepada kebhinekaan. Artinya anti kepada Pancasila,” tukasnya.(yok)