metro-bogor

Demo PMII Evaluasi Kinerja Perumda Tirta Pakuan Berujung Bentrok

Selasa, 4 Februari 2020 | 09:22 WIB
AKSI: Sejumlah mahasiswa PMII Kota Bogor saat berunjuk rasa di depan Balai Kota, kemarin. Dalam aksinya, mereka menuntut direksi Perumda Tirta Pakuan dicopot.

METROPOLITAN - Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Bogor melakukan unjuk rasa di depan Balaikota, Senin (3/2). Mereka menuntut agar direksi Perumda Tirta Pakuan dicopot. Mahasiswa menganggap kinerja Perusahaan Umum Daerah (perumda) di Kota Bogor tersebut, kurang bisa melayani masyarakat dengan baik. Pengelolaan air minum oleh Perumda Tirta Pakuan masih belum lancar. Mulai dari air yang keruh hingga pipa yang tidak lancar. Mereka pun sempat aksi teatrikal di depan gerbang balaikota. Tak ketinggalan, ban bekas juga ikut dibakar di tengah-tengah aksi unjuk rasa itu. Asap hitamnya mengepul dan mewarnai aksi teatrikal mahasiswa. Mereka meminta agar Wali Kota Bima Arya menemui para mahasiswa. "Banyak masyarakat yang dirugikan akibat tidak profesionalnya kinerja perusahaan sehingga mengakibatkan masyarakat Kota Bogor menjadi korban atas direksi yang tidak bekerja sebagaimana mestinya," seru mahasiswa pengunjuk rasa. Menurut Ketua PMII Kota Bogor, Muhammad Hamzah, masih banyak masyarakat yang dirugikan akibat tidak profesionalnya kinerja perusahaan plat merah tersebut sehingga mengakibatkan masyarakat Kota Bogor menjadi korban atas ulah direksi yang tidak bekerja sebagaimana mestinya. Masih kata Hamzah, masyarakat Kota Bogor sebagai pelanggan Perumda Tirta Pakuan dipaksa untuk memberikan kewajiban pembayaran setiap bulannya, sedangkan hak masyarakat untuk memperoleh pelayanan air minum yang memnuhi standar kualitas tidak didapatkan. “Ini sudah sering sekali terjadi kerusakan saluran air secara terus menems yang berdampak langsung pada berhentinya distribusi air disetiap zona, ini sungguh minis dan tidak pantas disandang oleh Perumda Tirta Pakuan yang di klaim mendapatkan penghargaan sebagai Perumda terbaik,” kata Hamzah. Berdasarkan hasil kajian PMII Kota Bogor, terdapat setidaknya empat tuntutan yang disuarakan. Pertama yaitu Optimalkan pelayanan dan kinerja Perumda Tim Pakuan. Kedua, optimalkan penggunaan dana hibah untuk pelayanan atas pemenuhan kebutuhan air masyarakat Kota Bogor. Ketiga, bongkar indikasi pengrusakan pipa saluran air dengan sengaja, yang menjadi penyebab distribusi air terganggu. “Terakhir, copot jajaran direksi,” tegasnya. Aksi unjuk rasa itu sempat berlangsung ricuh. Mahasiswa sempat terlibat baku dorong dengan aparat Satpol PP lantaran api berusaha dipadamkan. Api yang padam justru menyulut emosi mahasiswa. Baku dorong terjadi hingga di dalam area Kantor Wali Kota. Tak pelak, salah seorang mahasiswa sempat terluka karena lebam di wajah. Hanya saja, kericuhan itu tidak berlangsung lama. Suasana berangsur kondusif. Puluhan mahasiswa itu bisa melanjutkan aksinya hingga ke depan pelataran Balaikota sembari berdoa bersama dan membacakan tuntutannya. Setelahnya, mereka meninggalkan balaikota dengan tertib tanpa bertemu dengan wali kota. Menanggapi hal ini, Direktur Teknik Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor, Ade Syaban Maulana, menampik jika pelayanan mereka terhadap pelanggan dianggap buruk. Pasalnya, mereka selalu menindaklanjuti setiap keluhan yang diterimanya dari masyarakat. Bahkan, biasanya mereka langsung menunrunkan tim hanya berselang beberapa jam setelahnya. "Seperti hari ini (kemarin), ada keluhan bahwa di daerah Tirta ada yang airnya keruh. Tim kita langsung turun dan memeriksanya waktu siang hari. Sekarang sudah teratasi. Sebelumnya juga di Rancamaya, Bogor Selatan, sempat dikeluhkan airnya keruh, tetapi sudah kita atasi juga," ungkapnya. Ia menegaskan, pelayanan perumda sudah sangat optimal. Tak tanggung-tanggung, mereka telah menjalankan pompa inline untuk mengatasi permasalahan aliran air yang sempat macet di wilayah Bogor Barat. Pemasangan pompa bertenaga besar itu juga berasal dari keluhan masyarakat terhadap aliran air PDAM. (dil/c/yok)

Tags

Terkini