metro-bogor

Pengusaha Properti Jual Aset untuk Bertahan Hidup

Kamis, 11 Juni 2020 | 09:15 WIB

Memasuki Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi, perlahan industri perhotelan di Kota Bogor mulai merangkak naik. Bahkan, okupansi hotel yang beberapa bulan lalu jeblok mulai membaik. Walaupun tak bisa dikatakan normal seperti sebelum pandemi, puluhan hotel sudah kembali beroperasi. PERHIMPUNAN Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Bogor mencatat di PSBB transisi ini mulai terjadi per­tumbuhan okupansi. Hal itu berbeda saat PSBB tahap pertama dilaksanakan, di mana hampir seluruh hotel mengalami penurunan okupansi. “Sejak di PSBB ketiga mulai terjadi pertumbuhan, tapi belum normal seperti sebelum ada covid. Masyarakat mulai bosan, ingin jalan-jalan,” terang Ketua PHRI Kota Bogor, Yuno Abeta Lahay. Pada Februari dan Maret, okupansi berada di 69 sampai 71 persen. Lalu awal PSBB angka okupansi merosot sam­pai 5 sampai 7 persen. Angka itu bertahan sampai Mei. Namun jelang Lebaran, ang­ka okupansi mulai merangkak naik di angka 15 sampai 18 persen lantaran hotel meru­pakan sektor pengecualian PSBB saat Hari Raya. Hingga hari ini, masa PSBB transisi okupansi hotel mulai mem­baik mencapai angka 31-35 persen. Dari 71 hotel di bawah naungan PHRI, 65 hotel di antaranya sudah beroperasi kembali jelang Lebaran. Me­ski bertahap, sejauh ini hotel-hotel tersebut siap melaks­anakan protokol kesehatan yang disarankan pemerintah. Begitu juga dengan hotel lain­nya yang masih mempersi­apkan properti lantaran dire­novasi pada masa PSBB. Menurut Yuno, PHRI mem­buat tiga kategori persiapan. Pertama, mengawasi keseha­tan dan gejala bagi karyawan dan staf. Kedua, memperha­tikan kualitas properti se­perti menyemprotkan disin­fektan secara rutin saat gene­ral cleaning. Ketiga, mempersiapkan tamu yang akan menginap, seperti pengecekan suhu dan interview mengenai riwayat perjalanan ke luar negeri. Pun demikian dengan pem­bayaran nontunai, sambung Yuno, saat ini cukup aman. Namun, pihak hotel harus menyesuaikan dengan kon­disi tamu. Yuno juga memin­ta seluruh tamu yang meng­inap menggunakan trans­aksi digital dalam pembaya­rannya. Selain itu, proteksi juga dila­kukan untuk karyawan agar meminimalisasi penularan, khususnya petugas yang ber­hubungan dengan tamu, se­perti front office, waiters dan petugas room service. Yuno mengaku belum me­miliki data pasti soal hotel yang gulung tikar imbas Co­vid-19. Namun, pengusaha properti yang gulung tikar di antaranya wisma dan kos-kosan. Para pemiliknya men­jual asetnya untuk bertahan hidup. ”Tapi saya yakin ada, po­sisinya sekarang bertahan atau ditutup sementara untuk di­jual propertinya,” ungkapnya. (mg1/mam/py) 8

Tags

Terkini