Memasuki Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi, perlahan industri perhotelan di Kota Bogor mulai merangkak naik. Bahkan, okupansi hotel yang beberapa bulan lalu jeblok mulai membaik. Walaupun tak bisa dikatakan normal seperti sebelum pandemi, puluhan hotel sudah kembali beroperasi. PERHIMPUNAN Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Bogor mencatat di PSBB transisi ini mulai terjadi pertumbuhan okupansi. Hal itu berbeda saat PSBB tahap pertama dilaksanakan, di mana hampir seluruh hotel mengalami penurunan okupansi. “Sejak di PSBB ketiga mulai terjadi pertumbuhan, tapi belum normal seperti sebelum ada covid. Masyarakat mulai bosan, ingin jalan-jalan,” terang Ketua PHRI Kota Bogor, Yuno Abeta Lahay. Pada Februari dan Maret, okupansi berada di 69 sampai 71 persen. Lalu awal PSBB angka okupansi merosot sampai 5 sampai 7 persen. Angka itu bertahan sampai Mei. Namun jelang Lebaran, angka okupansi mulai merangkak naik di angka 15 sampai 18 persen lantaran hotel merupakan sektor pengecualian PSBB saat Hari Raya. Hingga hari ini, masa PSBB transisi okupansi hotel mulai membaik mencapai angka 31-35 persen. Dari 71 hotel di bawah naungan PHRI, 65 hotel di antaranya sudah beroperasi kembali jelang Lebaran. Meski bertahap, sejauh ini hotel-hotel tersebut siap melaksanakan protokol kesehatan yang disarankan pemerintah. Begitu juga dengan hotel lainnya yang masih mempersiapkan properti lantaran direnovasi pada masa PSBB. Menurut Yuno, PHRI membuat tiga kategori persiapan. Pertama, mengawasi kesehatan dan gejala bagi karyawan dan staf. Kedua, memperhatikan kualitas properti seperti menyemprotkan disinfektan secara rutin saat general cleaning. Ketiga, mempersiapkan tamu yang akan menginap, seperti pengecekan suhu dan interview mengenai riwayat perjalanan ke luar negeri. Pun demikian dengan pembayaran nontunai, sambung Yuno, saat ini cukup aman. Namun, pihak hotel harus menyesuaikan dengan kondisi tamu. Yuno juga meminta seluruh tamu yang menginap menggunakan transaksi digital dalam pembayarannya. Selain itu, proteksi juga dilakukan untuk karyawan agar meminimalisasi penularan, khususnya petugas yang berhubungan dengan tamu, seperti front office, waiters dan petugas room service. Yuno mengaku belum memiliki data pasti soal hotel yang gulung tikar imbas Covid-19. Namun, pengusaha properti yang gulung tikar di antaranya wisma dan kos-kosan. Para pemiliknya menjual asetnya untuk bertahan hidup. ”Tapi saya yakin ada, posisinya sekarang bertahan atau ditutup sementara untuk dijual propertinya,” ungkapnya. (mg1/mam/py) 8