Ambruknya plafon atap gedung Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Bogor saat hujan deras akhir pekan lalu, rupanya berbuntut panjang. Kejaksaan Negeri (Kejari) Kabupaten Bogor turun tangan dan membentuk tim khusus untuk mengusut tuntas ambruknya bagian gedung yang baru selesai dibangun medio 2019 itu. KEPALA Kejari (Kajari) Kabupaten Bogor, Munaji, mengungkapkan, pihaknya sudah membuat tim khusus yang mulai bergerak sejak hari ini (kemarin, red) untuk mengusut penyebab terjadinya plafon dan atap ambruk di gedung KONI Kabupaten Bogor. Tak menutup kemungkinan pula ada penyimpangan, sehingga menyebabkan peristiwa tersebut. ”Hari ini (kemarin, red) kita buat tim khusus lah yang langsung bergerak sesuai mekanismenya. Mulai dari klarifikasi data, ambil keterangan kaitan ambruknya bagian gedung KONI itu. Kita lihat aspek hukum ketika ada penyimpangan, kita lanjutkan,” katanya kepada Metropolitan saat ditemui di ruangannya, Senin (15/6). Menurutnya, ini sejalan dengan instruksi langsung dari Kejaksaan Agung (Kejagung) yang melihat berbagai persoalan di Kabupaten Bogor yang harus diselesaikan. Apalagi berkaitan dengan potensi kerugian negara. ”Instruksinya jelas seperti itu,” imbuhnya. Saat pembangunan gedung tersebut pada 2017, sambung Munaji, Tim Pengawal Pengamanan Pemerintah dan Pembangunan Daerah (TP4D) belum ada, sehingga investigasi yang akan dilakukan kali ini bakal menyeluruh dengan melihat semua administrasi. ”Kalau ada bukti pengurangan volume misalnya, karena sudah dua tahun, tentu ada audit dari Badan Pemeriksa Keuangan Pemerintah (BPKP), kita lihat itu. Lalu, kita periksa Rencana Anggaran Biaya (RAB), ada penyimpangan atau tidak. Kalau ada kerugian, itu jadi dasar pengusutan,” jelasnya. Jika ada indikasi kejanggalan, pihaknya bakal segera memanggil semua pihak terkait, mulai dari KONI Kabupaten Bogor sebagai user, Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) sebagai pengguna anggaran hingga penyedia jasa dengan melakukan gelar perkara terlebih dulu. Tim akan melakukan investigasi data awal satu-dua minggu ke depan, sebelum memastikan tindak lanjut pengusutan. ”Mekanismenya kita tempuh dulu. Termasuk potensi kerugian negaranya berapa, kita belum tahu, karena kita akan kumpulkan data awal dulu satu-dua pekan lah baru ada tindak lanjut,” ungkapnya. Sementara itu, Ketua KONI Kabupaten Bogor, Junaidi Samsudin, rupanya mendukung langkah korps Adhyaksa tersebut dalam mengusut insiden ambruknya bagian plafon dan atap gedung yang dibangun dengan biaya Rp19 miliar, sepaket dengan gedung baru Dispora itu. Investigasi dirasa perlu dilakukan untuk memperjelas sebab bangunan yang baru seumur jagung itu ambruk diterpa hujan deras. ”Kita bisa lihat jika ada letak kesalahannya seperti apa. Kalau memang ada (penyimpangan, red), kita dukung untuk ditindaklanjuti. Bangunan itu hitungannya baru, tapi sudah jadi sebelum saya menjabat ketua Agustus tahun lalu,” terangnya. Sejak dirinya menempati gedung tersebut memang banyak bagian dari gedung yang terlihat sudah rusak itu. Sebelum insiden akhir pekan lalu saja, beberapa kali plafon hingga atap ambruk. Belum lagi banyak bagian yang bocor. ”Makanya sejak November 2019 saya minta dinas melakukan perbaikan besar. Ternyata 2020 itu nggak ada alokasinya, karena dianggap masih gedung baru. Kalau begini terus ya bisa lebih parah, makanya kami juga minta di (APBD) perubahan, tapi keburu kejadian kemarin. Kita akan ketemu Dispora supaya ada solusi jangka pendeknya dulu,” papar Junsam, sapaan karibnya. Untuk anggaran pemeliharaan sendiri, sambung Junsam, terbentur aturan bahwa dana hibah Pemkab Bogor kepada KONI tidak boleh digunakan pemeliharaan gedung karena melampaui kewenangan Dispora. ”Bukan cuma awning dan atap, kan bocor juga. Banyak titik lah, makanya ini harus dilakukan pemeliharaan besar. Tapi, kita belum ada kajian atau hitung-hitungan berapa kira-kira yang dibutuhkan,” ujarnya. Junsam menceritakan, kejadian bermula saat dirinya mendapat laporan dari pegawainya bahwa ada plafon dan atap bagian gedung yang ambruk pada Jumat (12/6). Diperkirakan, atap plafon gedung tak mampu menahan terjangan hujan deras yang mengguyur Cibinong, akhir pekan lalu. Kejadian ini pun ramai diperbincangkan lantaran gedung tersebut usianya baru sekitar dua tahun dengan biaya yang tidak sedikit saat dibangun pada 2017. Yakni memerlukan biaya Rp19 miliar satu paket dengan gedung Dispora yang ada di sebelah gedung KONI tersebut. (ryn/c/mam/py)