metro-bogor

Ortu Siswa SMA Plus PGRI Cibinong Ngadu ke KCD

Jumat, 14 Agustus 2020 | 10:44 WIB

METROPOLITAN – Tak kun­jung mendapat respons sejak melakukan aksi protes bebe­rapa waktu lalu, orang tua (ortu) siswa SMA Plus PGRI Cibinong yang mengeluhkan pemotongan uang tabungan siswa, akhirnya ngadu ke Kan­tor Cabang Daerah (KCD) Kabupaten Bogor, Cibinong, Kamis (13/8) siang. Selain itu, belasan ortu siswa itu juga mendatangi Kejaksaan Ne­geri (Kejari) Kabupaten Bogor untuk menyampaikan aduan. Kuasa Hukum orang tua siswa SMA Plus PGRI Cibinong, Victor Harianja, mengatakan, hingga saat ini tiga kali so­masi yang dilayangkan pi­haknya kepada sekolah ter­kait pemotongan pada peng­embalian uang tabungan siswa belum mendapat keje­lasan. Sehingga pihaknya merasa perlu mengadu ke berbagai stakeholder terkait. Termasuk upaya jalur hukum yang juga sudah ditempuh. ”Sampai saat ini belum ada iktikad baik dari sekolah un­tuk memberi penjelasan. Maka langkah kita menempuh jalur hukum sudah masuk ke kepolisian. Lalu aduan ke KCD juga ke kejaksaan,” katanya kepada pewarta, Kamis (13/8). Sekadar diketahui, tabung­an siswa yang sedianya di­gunakan untuk berbagai ke­giatan seperti tur hingga asuransi harus gagal terlaks­ana lantaran terbentur pan­demi Covid-19. Namun saat dikembalikan jumlahnya tidak 100 persen alias ada potong­an yang dianggap tidak masuk akal. Aduan tersebut dilaku­kan sebagai tindak lanjut protes tersebut. Selain proses hukum, upaya mempertemukan sekolah dengan orang tua siswa yang dimediasi KCD akan diu­payakan juga. Di Kejari Ka­bupaten Bogor, pihaknya mengadukan soal kejangga­lan dana PIP karena itu do­main-nya. ”Di KCD, kita di­terima dengan baik. Renca­nanya kami akan dipertemu­kan dengan pihak sekolah Rabu untuk mediasi. Ada dari KCD, kami orang tua siswa dan pihak sekolah. Tapi proses hukum jalan, simultan saja,” terangnya. Hingga saat ini, pihak SMA Plus PGRI Cibinong belum memberikan tanggapan ter­kait laporan ke polisi itu. Namun, Wakil Kepsek bidang Sarana Prasarana SMA Plus PGRI Cibinong, Fredi Siahaan, mengakui sudah menjawab somasi yang dilayangkan ke­pada sekolah. Termasuk me­manggil dan membuat klari­fikasi melalui media sosial youtube. Ia pun enggan mem­beberkan lebih lanjut dan menyarankan pewarta untuk mengambil keterangan dari klarifikasi di medsos. ”Kami sudah sampaikan di medsos klarifikasinya. Yang jelas kalau somasi ketiga ini kita terima,” paparnya. Sebelumnya, orang tua siswa kelas 12, Selvia, menga­ku awalnya orang tua murid hanya menuntut ke mana larinya uang dana tur hasil tabungan siswa yang tidak dikembalikan penuh. Ter­nyata potongan uang peng­embalian itu tidak hanya dana tersebut, namun juga dana perpisahan, asuransi dan PIP. ”Tuntutan awal hanya itu. Tapi ada dana lain yang di­duga digelapkan sekolah juga. Ada dana perpisahan, per­pustakaan, asuransi dan dana PIP yang tiap tahun kami bayar. Tapi nggak ada infor­masi jelas ke mana uang yang harusnya kembali penuh. Ya dipotong,” katanya kepada pewarta. Selvia menambahkan, dana yang sudah dibayarkan orang tua siswa kelas 12 yang ber­jumlah 645 orang itu total kurang lebih Rp4 juta per siswa. Sebetulnya para orang tua siswa memaklumi jika ada pemotongan dana peng­embalian. Namun, jumlah yang dipotong tidak masuk akal. Bahkan cuma 60 per­senan dari dana yang dise­torkan. ”Misalnya uang tur itu bay­ar Rp2,4 juta. Dikembalikan cuma Rp1 juta. Uang perpi­sahan bayar Rp300 ribu, cuma dikembalikan Rp100 ribu. Oleh dana tur sudah dipotong uang kaos, masa segitu yang dipo­tongnya? Ya transparan saja, pemotongannya nggak jelas. Kita minta konfirmasi itu,” ujar Selvia. (ogi/ryn/py)

Tags

Terkini