METROPOLITAN – Tak kunjung mendapat respons sejak melakukan aksi protes beberapa waktu lalu, orang tua (ortu) siswa SMA Plus PGRI Cibinong yang mengeluhkan pemotongan uang tabungan siswa, akhirnya ngadu ke Kantor Cabang Daerah (KCD) Kabupaten Bogor, Cibinong, Kamis (13/8) siang. Selain itu, belasan ortu siswa itu juga mendatangi Kejaksaan Negeri (Kejari) Kabupaten Bogor untuk menyampaikan aduan. Kuasa Hukum orang tua siswa SMA Plus PGRI Cibinong, Victor Harianja, mengatakan, hingga saat ini tiga kali somasi yang dilayangkan pihaknya kepada sekolah terkait pemotongan pada pengembalian uang tabungan siswa belum mendapat kejelasan. Sehingga pihaknya merasa perlu mengadu ke berbagai stakeholder terkait. Termasuk upaya jalur hukum yang juga sudah ditempuh. ”Sampai saat ini belum ada iktikad baik dari sekolah untuk memberi penjelasan. Maka langkah kita menempuh jalur hukum sudah masuk ke kepolisian. Lalu aduan ke KCD juga ke kejaksaan,” katanya kepada pewarta, Kamis (13/8). Sekadar diketahui, tabungan siswa yang sedianya digunakan untuk berbagai kegiatan seperti tur hingga asuransi harus gagal terlaksana lantaran terbentur pandemi Covid-19. Namun saat dikembalikan jumlahnya tidak 100 persen alias ada potongan yang dianggap tidak masuk akal. Aduan tersebut dilakukan sebagai tindak lanjut protes tersebut. Selain proses hukum, upaya mempertemukan sekolah dengan orang tua siswa yang dimediasi KCD akan diupayakan juga. Di Kejari Kabupaten Bogor, pihaknya mengadukan soal kejanggalan dana PIP karena itu domain-nya. ”Di KCD, kita diterima dengan baik. Rencananya kami akan dipertemukan dengan pihak sekolah Rabu untuk mediasi. Ada dari KCD, kami orang tua siswa dan pihak sekolah. Tapi proses hukum jalan, simultan saja,” terangnya. Hingga saat ini, pihak SMA Plus PGRI Cibinong belum memberikan tanggapan terkait laporan ke polisi itu. Namun, Wakil Kepsek bidang Sarana Prasarana SMA Plus PGRI Cibinong, Fredi Siahaan, mengakui sudah menjawab somasi yang dilayangkan kepada sekolah. Termasuk memanggil dan membuat klarifikasi melalui media sosial youtube. Ia pun enggan membeberkan lebih lanjut dan menyarankan pewarta untuk mengambil keterangan dari klarifikasi di medsos. ”Kami sudah sampaikan di medsos klarifikasinya. Yang jelas kalau somasi ketiga ini kita terima,” paparnya. Sebelumnya, orang tua siswa kelas 12, Selvia, mengaku awalnya orang tua murid hanya menuntut ke mana larinya uang dana tur hasil tabungan siswa yang tidak dikembalikan penuh. Ternyata potongan uang pengembalian itu tidak hanya dana tersebut, namun juga dana perpisahan, asuransi dan PIP. ”Tuntutan awal hanya itu. Tapi ada dana lain yang diduga digelapkan sekolah juga. Ada dana perpisahan, perpustakaan, asuransi dan dana PIP yang tiap tahun kami bayar. Tapi nggak ada informasi jelas ke mana uang yang harusnya kembali penuh. Ya dipotong,” katanya kepada pewarta. Selvia menambahkan, dana yang sudah dibayarkan orang tua siswa kelas 12 yang berjumlah 645 orang itu total kurang lebih Rp4 juta per siswa. Sebetulnya para orang tua siswa memaklumi jika ada pemotongan dana pengembalian. Namun, jumlah yang dipotong tidak masuk akal. Bahkan cuma 60 persenan dari dana yang disetorkan. ”Misalnya uang tur itu bayar Rp2,4 juta. Dikembalikan cuma Rp1 juta. Uang perpisahan bayar Rp300 ribu, cuma dikembalikan Rp100 ribu. Oleh dana tur sudah dipotong uang kaos, masa segitu yang dipotongnya? Ya transparan saja, pemotongannya nggak jelas. Kita minta konfirmasi itu,” ujar Selvia. (ogi/ryn/py)