metro-bogor

Dewan Mulai Garap Restrukturisasi PDJT

Kamis, 22 Oktober 2020 | 10:33 WIB
FADLI/METROPOLITAN

METROPOLITAN - Nasib Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT) mulai menemui titik terang. Rencananya, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bogor membentuk pansus untuk perubahan bentuk badan usaha dan restrukturisasi. Anggota Komisi II DPRD Kota Bogor, Rizal Utami, menerangkan, saat ini pihak DPRD masih menunggu surat yang akan diturunkan wali kota Bogor terkait pengajuan perubahan bentuk badan usaha. ”Mereka (PDJT, red) ingin mengubah dari perusahaan daerah jadi Perusahaan Umum Daerah (Perumda),” kata Rizal kepada Metropolitan, Rabu (21/10). Rizal membeberkan, surat tersebut akan dikeluarkan Senin (26/10) dan paripurna digelar Selasa (27/10) terkait pembentukan pansus PDJT. ”Setelah pansus terbentuk dan kita membaca business plan, baru saya bisa bicara banyak lagi. Untuk saat ini segitu saja dulu,” bebernya. Terpisah, Plt Dirut PDJT, Agus Suprapto, mengungkapkan, restrukturisasi akan dilakukan tahun depan. Sebelumnya, PDJT yang saat ini dinakhodai sekretaris Dishub Kota Bogor ini masih harus menanti Ra­perda Perubahan Badan Hu­kum dari DPRD Kota Bogor. ”Jadi, kita menunggu Raper­da dulu. Untuk pemilihan direksi nanti yang mengurus bagian ekonomi dari Setda Kota Bogor,” ujarnya. Setelah restrukturisasi se­lesai, PDJT bakal mengajukan PMP untuk 2022. PMP terse­but berdasarkan naskah aka­demis dan kajian investasi yang akan dibuat Bagian Ekonomi Setda Kota Bogor. ”Naskah Akademis Raperda PMP dan Kajian Investasi baru mau dilakukan Bagian Eko­nomi. Kalau memungkinkan pada 2022,” jelasnya. Agus memaparkan, PDJT masih memiliki banyak per­soalan. Utang PDJT untuk gaji karyawan dan perawatan sarana-prasarana mencapai Rp2,5 miliar. ”Ada kewajiban (yang harus dibayar) kurang lebih Rp2,5 miliar, dari gaji karyawan dan perbaikan di antaranya sarana,” katanya. Menurut Agus, saat ini PDJT memiliki 45 karyawan yang bekerja secara sif (bergilir). Akan tetapi secara keseluru­han PDJT masih menunggak setidaknya 145 karyawan yang harus digaji. Untuk biaya perawatan trans­portasi, Agus menjelaskan, masih ada 16 bus dengan rincian 6 bus lama dan 10 bus baru. Namun tidak semua bus akan dioperasikan. ”Kita mengikuti permintaan la­pangan,” ujarnya. Ke depan, tambah dia, pi­haknya mempertimbangkan untuk menghidupkan koridor yang potensial, sehingga bisa menarik banyak pelanggan. ”Kita ingin menghidupkan koridor yang ada, yang per­spektif Bubulak-Sholeh Iskan­dar, cuma masalah perlu langkah konstruktif dan so­sialisasi ke masyarakat se­perti apa yang harus kita la­kukan,” terangnya. Sebelumnya, Wakil Wali Kota Bogor, Dedie Rachim, terus berupaya menyehatkan Perusahaan Daerah Jasa Trans­portasi (PDJT) yang telah di ujung tanduk. Pemkot akan coba menyeimbangkan ne­raca keuangan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang bergerak di bidang transpor­tasi tersebut. ”Terkait PDJT kita lakukan penyeimbang neraca, aset, penyertaan mo­dal pemerintah dan apa saja kewajiban pemerintah yang belum dilakukan. Termasuk kita akan melelang aset yang tidak produktif,” katanya. Dedie menjelaskan, pemkot bakal memberikan kesempa­tan PDJT mengembangkan usaha. Di antaranya PDJT akan mengelola bidang perparkiran, periklanan dan perbengkelan. Sehingga keuangan PDJT bisa kembali normal dan mampu menyelesaikan tang­gung jawabnya terhadap gaji karyawan yang belum dibayarkan. ”Kita coba laku­kan pengembangan usaha agar strukturnya lebih sehat,” tuturnya. Dedie menyatakan upaya menyehatkan PDJT tak lantas harus menyuntik dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bogor, tapi bisa juga dengan menggandeng pihak ketiga. ”Kita tak ingin membebani pemerintah, tapi lebih bagai­mana kita mencari solusi bagaimana PDJT bisa meny­ehatkan dirinya,” tegasnya. Pengembangan di bidang perparkiran, Dedie menyatakan, PDJT dapat mengelola parkir milik instansi Kota Bogor. Di antaranya parkiran di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor, Stadion Pajajaran hingga parkir di area pasar milik Perusahaan Daerah (PD) Pasar Pakuan Jaya. ”Bidang periklanan di mana? Misalnya memanfaatkan halte yang ter­bengkalai atau tidak terman­faatkan dengan baik. Itu dija­dikan titik iklan yang mempe­roleh pemasukan,” terangnya. Dedie menjelaskan, bidang periklanan di halte masih akan dikoordinasikan dengan Di­nas Perhubungan (Dishub). Sebab, saat ini perawatan halte masih dikelola Dishub Kota Bogor. Tak hanya itu, Dedie men­jelaskan, PDJT juga akan di­dorong mengelola sejumlah fasilitas umum, seperti men­jadi operator bus wisata Un­cal. Bus Uncal sejauh ini be­lum ditarik biaya, namun nantinya akan dipungut biaya. ”Di Bandung kan per trip Rp15.000. Sekarang (di Kota Bogor) masih gratis, tapi ke depan nggak bisa gratis terus. Nah, nanti kalau sistem ber­bayar gimana polanya dan sebagainya,” katanya. Tahun depan, Dedie menar­getkan neraca keuangan PDJT bisa diseimbangkan. Sehing­ga PDJT bisa segera menjalin kerja sama dengan pihak ketiga. Dedie mengakui PDJT saat ini masih terseok-seok. Jang­ankan menggaji karyawan, menggaji direktur utama saja pemkot belum mampu. Sehingga pucuk pimpinan PDJT ditunjuk dari sekretaris Dishub Kota Bogor. ”Bayang kan manajemen sekarang sekdis (sekretaris dinas), karena kita belum mampu membayar profesio­nal, duit dari mana. Kita ingin mereka belajar semua­nya,” pungkasnya.(dil/c/mam/py)

Tags

Terkini