METROPOLITAN – Belakangan ini cara Pekerja Seks Komersial (PSK) di Kota Bogor dalam menjajakan dirinya memang telah bermutasi melalui sejumlah aplikasi di media sosial. Bahkan, istilah ‘Open BO’ bukan hal tabu bagi sejumlah kalangan. Berdasarkan penelusuran Metropolitan, para PSK ini diketahui sudah bersiap-siap di sejumlah kamar hotel di Kota Bogor untuk menanti liburan panjang. Berdasarkan pembicaraan di room chat aplikasi media sosial, seorang user dengan nama Anisya Maharani (Nisa) menjajakan dirinya dengan harga Rp300.000 per jam dan mengaku sudah bersiap di Hotel Grand Savero. ”Kalau serius sini langsung ke hotel saja, open BO Rp600.000 durasi 2 jam,” katanya di chat. Sedangkan seorang user dengan nama Kesya mematok harga sebesar Rp500.000 dengan durasi satu jam dan sudah bersiap di Hotel Zest. Bahkan, ia juga mengaku bisa memberikan pelayanan pijat dengan harga yang sama. ”Short Time (ST, red) Rp500.000. Hotel Zest Bogor, bisa pijat juga,” ujarnya. Lalu untuk user dengan nama Tiara yang berlokasi di Hotel Asana Grand Pangrango langsung menawarkan dirinya seharga Rp700.000 dengan berbagai persyaratan. ”ST Rp700.000, bisa nego say. Full service, no anal, pake caps (sudah disediakan), terima LT, cash in room (cod), butuh yang ready, php dan banyak bacot otw blok,” jelasnya di room chat. Terakhir, wanita yang ditemui Metropolitan memiliki nama Zara Account Real. Ia mematok harga Rp1 juta dan sudah bersiap di area Jalan Pajajaran. ”Rp1 juta, ST satu kali main, full service, wajib kondom, di area Pajajaran, Kota Bogor, langsung di kasur cash,” katanya. Dari sejumlah penelusuran tersebut, para PSK di Kota Bogor rupanya berkompetisi saling banting harga, mulai dari Rp300.000 per jam sampai Rp1 juta. Fenomena tersebut tidak dibantah Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Bogor, Yuno Abeta Lahay. Menurutnya, memang perlu ada penertiban karena merusak wajah Kota Bogor. ”Harus ditertibkan lah. Jangan sampai ganggu imej kota dan hotelnya sendiri,” kata Yuno, Minggu (20/12). Meski hotel-hotel ini menjadi tempat PSK bersarang, Yuno mengaku tidak bisa mencoret hotel tersebut dari keanggotaan PHRI atau mencoret dari daftar penerima bantuan dana hibah dari Kementerian Pariwisata. Sebab, pemilik hotel tidak mengetahui keberadaan para PSK di hotelnya. ”Tidak bisa. Hotel-hotel ini juga tidak ngerti. Soalnya ini kan PSK-nya nginap seperti tamu biasa,” ujar Yuno. Mendengar adanya prostitusi di hotel-hotel Kota Bogor, Wakil Wali Kota Bogor, Dedie Rachim, mengaku akan menindak tegas kegiatan haram tersebut. ”Coba saya koordinasikan dengan Kasatpol PP. Kita akan tindak tegas,” pungkasnya.(dil/c/mam/py)