metro-bogor

Kelamaan PJJ, Siswa Rentan Gangguan Psikis

Jumat, 19 Februari 2021 | 11:55 WIB

Hampir setahun sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) diterapkan di Kota Bogor. Banyak perubahan yang terjadi selama PJJ dilaksanakan. Salah satunya para siswa yang mulai kecanduan bermain ponsel. Begitu pula kekhawatiran orang tua akan masa depan anak-anaknya. HAL tersebut rupanya menjadi perhatian Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor. Wakil Wali Kota Bogor, Dedie Rachim, menilai perlu ada terobosan baru dalam sistem pembelajaran di tengah pandemi. Saat ini psikis siswa mulai terganggu, karena terjadi perubahan sistem pendidikan. Sehingga perlu adanya kunjungan (visitasi) oleh guru kepada siswa. ”Jadi, satu tahun ini boleh dibilang anak itu lepas, tidak ada ikatan langsung dengan sekolah. Tapi kalau nanti misalnya guru bisa melakukan visitasi ke rumah dengan protokol kesehatan, kemudian mengingatkan siswa lagi, menurut saya bagus,” ujar Dedie kepada Metropolitan, Kamis (18/2). Dedie mengungkapkan, sistem PJJ yang sejauh ini dijalankan sebatas memberikan materi pendidikan. Ikatan antara pendidik dengan murid semakin lama tidak ada interaksi, maka akan semakin tergerus. Hal tersebut akan dibawa Dedie ke meja rapat bersama Dinas Pendidikan (Disdik) awal Maret. ”Sekarang kalau menurut saya, cobalah dilakukan semacam metode visitasi supaya timbul lagi semangat anak-anak untuk sekolah,” katanya. Sementara untuk menggelar kembali Pembelajaran Tatap Muka (PTM), menurut Dedie, baru bisa dilakukan setelah dilakukan vaksinasi terhadap guru-guru dan kondisi penyebaran Covid-19 sudah bisa dikendalikan. ”Tapi kita tetap harus persiapkan. Jika suatu saat setelah proses pemberian vaksin selesai dan guru-guru sudah divaksin, mungkin ada pelonggaran, kemudian mengembalikan anak-anak kembali ke sekolah,” ungkapnya. Terpisah, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kota Bogor, Bidang Cybercrime dan Pornografi, Sumedi, mengungkapkan, sistem PJJ secara tidak langsung membuat siswa jadi ketergantungan terhadap gadget. Bahkan, menurut Sumedi, masalah ini bisa melebar pada persoalan finansial, di mana orang tua dipaksa selalu mengeluarkan dana untuk menunjang sistem PJJ. ”Semua pembelajaran ini kan melalui online dengan handphone sebagai medianya. Jadi, otomatis tingkat ancaman gangguan kecanduan anak-anak semakin tinggi,” ungkapnya. Meski orang tua memegang peranan penting dalam pengawasan selama pembelajaran di rumah, Sumedi menilai keberadaan guru tak kalah penting. Sebab, guru sebagai pendidik memiliki peran khusus dalam memberikan nasihat kepada murid. ”Guru memiliki peranan penting. Tidak hanya tok ngasih materi, tapi bagaimana contoh yang diberikan atau cara belajar harus prokes di rumah agar anak-anak tetap ingat kalau mereka adalah murid,” pungkasnya.(dil/c/mam/py)

Tags

Terkini