METROPOLITAN – Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor memutuskan untuk menghentikan sementara kebijakan Ganjil-genap (Gage) di Kota Bogor pada dua akhir pekan mendatang. Hal itu pun disambut baik para pelaku sektor ekonomi. Salah satunya Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Bogor. KETUA BPC PHRI Kota Bogor, Yuno Abeta Lahay, menyambut baik dan antusias terhadap keputusan penyetopan sementara kebijakan Ganjil-genap di Kota Bogor tersebut. Menurutnya, penghapusan Gage di Kota Bogor akan memiliki dampak positif bagi dunia pariwisata beberapa waktu ke depan. Sebab, kebijakan tersebut secara nyata telah menurunkan pendapatan pengusaha hotel dan restoran. “Ganjil-genap itu nyata-nyatanya menurunkan pendapatan hotel dan restoran. Saya selalu menyarankan pihak anggota (PHRI) untuk tetap kreaktif dan meningkatkan pendapatan dengan cara menyesuaikan dengan aturan,” terangnya. Ia pun meminta dukungan untuk Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, dengan harapan memberikan berbagai fasilitas protokol kesehatan (prokes), seperti bantuan cairan hand sanitizer, bantuan alat serta dana hibah dari kementerian yang disalurkan Pemkot Bogor. Ia mengakui penerapan Ganjil-genap di Kota Bogor menimbulkan dampak terhadap menurunnya pengunjung restoran dan hotel sebanyak 80 hingga 90 persen. Yuno pun merinci sejak awal pandemi, jumlah penurunan pengunjung hotel dan restoran terjadi sebanyak 80 sampai 90 persen. Namun akhir 2020, sekitar September hingga November, terjadi peningkatan di kisaran 50-60 persen sampai sekarang. “Dari data yang tertera jumlah pengunjung di awal masa pandemi terjadi penurunan drastis pada hotel dan restoran sebanyak 80 sampai 90 persen. Tapi akhir 2020 sekitar September, Oktober hingga November bahkan sampai sekarang Alhamdulillah ada sedikit peningkatan mencapai 50 sampai 60 persen,” paparnya. Meskipun pandemi masih meluas di Indonesia dan dunia, berbagai masalah dan persoalan mampu diatasi dengan beragam cara. “Saat ini di masa sulit dengan berkurangnya kedatangan, dibutuhkan juga investasi-investasi supaya hotel dan restoran kembali beroperasi. Dibutuhkan peningkatan biaya dan efisiensi operasional maupun tenaga kerja,” tuntas Yuno. (cr1/b/ryn/mam/py)