metro-bogor

Habib Fahmy Ingatkan Mosi Integral Natsir

Jumat, 9 April 2021 | 11:30 WIB

Anggota Fraksi PKS MPR RI Dapil Kabupaten Bogor, Fahmy Alaydroes, menyosialisasikan 4 Pilar MPR RI di hadapan guru negeri dan swasta, Kamis (8/4). DALAM sosialisasi itu, Fah­my menceritakan tentang momen saat Ketua Fraksi Partai Masyumi Muhammad Natsir mengajukan ”Mosi In­tegral” di Parlemen Republik Indonesia Serikat (RIS). Pe­ristiwa itu dikenal sebagai pengajuan ”Mosi Integral Natsir” yang memungkinkan bersatunya negara-negara bagian RIS ke NKRI. “Mosi Integral Natsir pada 3 April 1950 itulah yang ke­mudian mengan­tarkan terben­tuknya kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ungkap anggota F-PKS MPR RI Dapil Kabupaten Bogor itu dalam acara Sosialisasi 4 Pilar MPR RI di hadapan guru negeri dan swasta pada Kamis (8/4). “Bung Hatta menyebutkan bahwa Proklamasi Kedua diumumkan pada 17 Agustus 1950. Proklamasi pertama 17 Agus­tus 1945,” sambung Fahmy.­ Dengan Mosi Integral Natsir itu, maka bubarlah Republik Indonesia Serikat (RIS) yang merupakan hasil konferensi Inter-Indonesia antara dele­gasi Republik Indonesia dan delegasi BFO (Majelis Permu­syawaratan Federal atau Bi­jeenkomst voor Federaal Overleg). BFO adalah sebuah komite yang didirikan Be­landa untuk mengelola RIS selama Revolusi Nasional Indonesia (1945–1949), di mana pembentukan BFO adalah upaya Belanda untuk ”mengepung” RI. Negara-negara BFO (sema­cam negara boneka) adalah: Negara Dayak Besar, Negara Indonesia Timur, Negara Bor­neo Tenggara, Negara Borneo Timur, Negara Borneo Barat, Negara Bengkulu, Negara Bi­liton, Negara Riau, Negara Sumatera Timur, Negara Banjar, Negara Madura, Negara Pa­sundan, Negara Sumatera Selatan, Negara Jawa Timur dan Negara Jawa Tengah. “Dengan demikian, Belanda berhasil menunjukkan bahwa wilayah negara Republik In­donesia hanya di sebagian Pulau Jawa, Madura dan Su­matera,” papar Habib Fahmy penuh semangat. Prof. Dr. Din Syamsuddin menyatakanMosi Integral Mohammad Natsir merupa­kan tonggak sejarah penting dan menentukan dalam se­jarah kehidupan bangsa. Mosi Integral itu menyatukan dan menyelamatkan Indone­sia dari upaya perpecahan. “Mosi itu juga merupakan bukti komitmen tokoh-tokoh Islam terhadap NKRI. Jadi, jangan ada lagi pihak-pihak yang selalu menyudutkan umat Islam bahwa umat Islam itu anti-NKRI, anti-Pancasila dan seterusnya. Justru umat Islam lah yang menjadi penyelamat Indonesia dari perpecahan yang diinginkan Belanda yang membentuk negara-negara boneka,” beber Habib Fahmy. Itulah sebabnya Ketua MPR-RI (2004-2009) Hidayat Nur­wahid menyampaikan bahwa Fraksi PKS DPR RI beberapa kali menggelar peringatan Mosi Integral Natsir tersebut. Bahkan, HNW pun sudah ikut menandatangani usulan agar 3 Arpil ditetapkan sebagai nasional, yaitu Hari NKRI. Bahkan, Bung Hatta menyebut­kan bahwa peringatan Pro­klamasi 17 Agustus 1950 se­bagai Proklamasi Kedua. ”Bangsa dan umat perlu diingatkan bahwa tanpa karunia Allah dan kenega­rawanan M Natsir dengan Mosi Integralnya itu, mungkin RIS akan berlanjut dan kita tidak mengenal lagi NKRI yang sudah ”dikubur” kolo­nialis Belanda melalui Kon­ferensi Meja Bundar (KMB) 27 Desember 1949,” ungkap Hidayat seperti dikutip Ha­bib Fahmy. Habib menambahkan, paham sekulerisme menganggap bahwa keberadaan Islam di Indonesia sebagai biang ma­salah dan tidak ada jasanya bagi bangsa Indonesia. Seba­liknya, Indonesia-fobia menganggap Indonesia se­bagai negara kafir yang tidak ada kaitannya dengan Islam dan para ulama. Kedua paham ekstrem ini harus kita sing­kirkan jauh-jauh. Itulah pentingnya mema­hami dan mengingat peris­tiwa Mosi Integral Natsir pada 3 April 1950. Pemerin­tah RI pun telah mengakui jasa besar Mohammad Natsir untuk bangsa Indonesia. Pada 2008, Mohammad Natsir, pendiri dan Ketua De­wan Da’wah Islamiyah Indo­nesia (DDII) yang pertama, mendapat penghargaan se­bagai Pahlawan Nasional. Salah satu jasa besarnya ada­lah mengembalikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Perjuangan Mohammad Natsir dalam menyelamatkan NKRI sangat fenomenal. Natsir bukan hanya merumuskan gagasannya dengan cerdas, tapi juga berhasil meyakinkan tokoh Indonesia ketika itu dari seluruh faksi dan aliran ideologis. Natsir hanya me­merlukan waktu dua setengah bulan untuk melakukan lobi. “Keberhasilan Mohammad Natsir dalam menggolkan ”Mosi Integral” itu menunjuk­kan kepiawaiannya dalam berpolitik. Ia memiliki inte­gritas pribadi yang tinggi, ilmu yang luas, kemampuan komu­nikasi yang piawai dan juga lobi. Tentu saja Mohammad Natsir telah diberikan hikmah oleh Allah, sehingga bisa mengambil langkah yang te­pat,” pungkas Habib Fahmy menyudahi paparannya. (*/feb/py)

Tags

Terkini