Anggota Fraksi PKS MPR RI Dapil Kabupaten Bogor, Fahmy Alaydroes, menyosialisasikan 4 Pilar MPR RI di hadapan guru negeri dan swasta, Kamis (8/4). DALAM sosialisasi itu, Fahmy menceritakan tentang momen saat Ketua Fraksi Partai Masyumi Muhammad Natsir mengajukan ”Mosi Integral” di Parlemen Republik Indonesia Serikat (RIS). Peristiwa itu dikenal sebagai pengajuan ”Mosi Integral Natsir” yang memungkinkan bersatunya negara-negara bagian RIS ke NKRI. “Mosi Integral Natsir pada 3 April 1950 itulah yang kemudian mengantarkan terbentuknya kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ungkap anggota F-PKS MPR RI Dapil Kabupaten Bogor itu dalam acara Sosialisasi 4 Pilar MPR RI di hadapan guru negeri dan swasta pada Kamis (8/4). “Bung Hatta menyebutkan bahwa Proklamasi Kedua diumumkan pada 17 Agustus 1950. Proklamasi pertama 17 Agustus 1945,” sambung Fahmy. Dengan Mosi Integral Natsir itu, maka bubarlah Republik Indonesia Serikat (RIS) yang merupakan hasil konferensi Inter-Indonesia antara delegasi Republik Indonesia dan delegasi BFO (Majelis Permusyawaratan Federal atau Bijeenkomst voor Federaal Overleg). BFO adalah sebuah komite yang didirikan Belanda untuk mengelola RIS selama Revolusi Nasional Indonesia (1945–1949), di mana pembentukan BFO adalah upaya Belanda untuk ”mengepung” RI. Negara-negara BFO (semacam negara boneka) adalah: Negara Dayak Besar, Negara Indonesia Timur, Negara Borneo Tenggara, Negara Borneo Timur, Negara Borneo Barat, Negara Bengkulu, Negara Biliton, Negara Riau, Negara Sumatera Timur, Negara Banjar, Negara Madura, Negara Pasundan, Negara Sumatera Selatan, Negara Jawa Timur dan Negara Jawa Tengah. “Dengan demikian, Belanda berhasil menunjukkan bahwa wilayah negara Republik Indonesia hanya di sebagian Pulau Jawa, Madura dan Sumatera,” papar Habib Fahmy penuh semangat. Prof. Dr. Din Syamsuddin menyatakanMosi Integral Mohammad Natsir merupakan tonggak sejarah penting dan menentukan dalam sejarah kehidupan bangsa. Mosi Integral itu menyatukan dan menyelamatkan Indonesia dari upaya perpecahan. “Mosi itu juga merupakan bukti komitmen tokoh-tokoh Islam terhadap NKRI. Jadi, jangan ada lagi pihak-pihak yang selalu menyudutkan umat Islam bahwa umat Islam itu anti-NKRI, anti-Pancasila dan seterusnya. Justru umat Islam lah yang menjadi penyelamat Indonesia dari perpecahan yang diinginkan Belanda yang membentuk negara-negara boneka,” beber Habib Fahmy. Itulah sebabnya Ketua MPR-RI (2004-2009) Hidayat Nurwahid menyampaikan bahwa Fraksi PKS DPR RI beberapa kali menggelar peringatan Mosi Integral Natsir tersebut. Bahkan, HNW pun sudah ikut menandatangani usulan agar 3 Arpil ditetapkan sebagai nasional, yaitu Hari NKRI. Bahkan, Bung Hatta menyebutkan bahwa peringatan Proklamasi 17 Agustus 1950 sebagai Proklamasi Kedua. ”Bangsa dan umat perlu diingatkan bahwa tanpa karunia Allah dan kenegarawanan M Natsir dengan Mosi Integralnya itu, mungkin RIS akan berlanjut dan kita tidak mengenal lagi NKRI yang sudah ”dikubur” kolonialis Belanda melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) 27 Desember 1949,” ungkap Hidayat seperti dikutip Habib Fahmy. Habib menambahkan, paham sekulerisme menganggap bahwa keberadaan Islam di Indonesia sebagai biang masalah dan tidak ada jasanya bagi bangsa Indonesia. Sebaliknya, Indonesia-fobia menganggap Indonesia sebagai negara kafir yang tidak ada kaitannya dengan Islam dan para ulama. Kedua paham ekstrem ini harus kita singkirkan jauh-jauh. Itulah pentingnya memahami dan mengingat peristiwa Mosi Integral Natsir pada 3 April 1950. Pemerintah RI pun telah mengakui jasa besar Mohammad Natsir untuk bangsa Indonesia. Pada 2008, Mohammad Natsir, pendiri dan Ketua Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) yang pertama, mendapat penghargaan sebagai Pahlawan Nasional. Salah satu jasa besarnya adalah mengembalikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Perjuangan Mohammad Natsir dalam menyelamatkan NKRI sangat fenomenal. Natsir bukan hanya merumuskan gagasannya dengan cerdas, tapi juga berhasil meyakinkan tokoh Indonesia ketika itu dari seluruh faksi dan aliran ideologis. Natsir hanya memerlukan waktu dua setengah bulan untuk melakukan lobi. “Keberhasilan Mohammad Natsir dalam menggolkan ”Mosi Integral” itu menunjukkan kepiawaiannya dalam berpolitik. Ia memiliki integritas pribadi yang tinggi, ilmu yang luas, kemampuan komunikasi yang piawai dan juga lobi. Tentu saja Mohammad Natsir telah diberikan hikmah oleh Allah, sehingga bisa mengambil langkah yang tepat,” pungkas Habib Fahmy menyudahi paparannya. (*/feb/py)