metro-bogor

Banyak Nakes Tumbang, Pimpinan DPRD Kabupaten Bogor Beri Semangat

Kamis, 1 Juli 2021 | 11:30 WIB

METROPOLITAN - Di tengah lonjakan kasus Covid-19, pim­pinan DPRD Kabupaten Bo­gor mengunjungi RSUD Ci­binong dan RSUD Ciawi, Rabu (30/6). Ketua DPRD Kabupaten Bogor Rudy Sus­manto didampingi Wakil Ke­tua DPRD Agus Salim meny­emangati para tenaga kese­hatan yang tengah berjibaku melawan pandemi. “Dokter, perawat dan te­naga kesehatan lainnya ada­lah aset sangat berharga kita di tengah situasi pandemi saat ini. Kami di DPRD ingin mem­beri dukungan kepada me­reka, baik secara moril mau­pun kebijakan strategis yang mereka butuhkan,” ujar Rudy. Rudy mengibaratkan pan­demi yang memasuki tahun kedua ini seperti ‘perang’ abad modern. Meski tidak ada le­tusan peluru dan tetesan darah, jumlah korban mening­gal semakin hari semakin bertambah. Jumlah orang yang terpapar juga mengalami lonjakan cu­kup tajam dan diperkirakan trennya masih akan mening­kat dalam beberapa pekan ke depan. “Kondisi ini menuntut semua pihak bersinergi. Mengambil langkah antisi­pasi yang cepat dan terukur serta komitmen kita semua untuk disiplin mematuhi pro­tokol kesehatan,” tegasnya. Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bogor, Agus Salim, mengatakan, DPRD bersama Pemerintah Kabu­paten (Pemkab) Bogor terus berupaya agar penanganan Covid-19 bisa berjalan mak­simal. Dari sisi anggaran mis­alnya, porsi belanja APBD 2021 ditekankan untuk penanganan Covid-19 dan pemulihan eko­nomi. “Termasuk di dalamnya un­tuk insentif bagi tenaga kese­hatan. Kami meminta ang­garan tersebut segera dicair­kan sebagai bentuk apresiasi pemerintah untuk tenaga kesehatan,” terang Agus Salim. Lonjakan kasus Covid-19 di Kabupaten Bogor dalam be­berapa pekan ke belakang memang sangat mengkhawa­tirkan. Wakil Direktur RSUD Cibi­nong, dr Fusia Medyawati, mengungkapkan, untuk men­gurai antrean pasien yang memerlukan instalasi gawat darurat, pihaknya dibantu pihak kepolisian telah men­dirikan tenda darurat. “Tenda itu awalnya hanya untuk ruang antrean pasien yang akan masuk ruang IGD. Tapi ka­rena pasien terus berdatangan akhirnya kita jadikan ruang IGD,” katanya. Masalah krusial lainnya, menipisnya ketersediaan oksigen dan obat-obatan. Jumlah tenaga kesehatan juga mulai tidak sebanding jumlah pasien yang memer­lukan perawatan. Minggu lalu, pihak RSUD menyebar­kan flyer di medsos untuk rekrutmen 10 tenaga dokter dan 37 perawat. “Biasanya kalau kami buka rekrutmen di medsos berduy­un-duyun yang daftar. Tapi sampai hari ini hanya tujuh perawat yang mendaftar, itu pun tiga orang di antaranya mengundurkan diri dan em­pat orang sedang orientasi,” ungkapnya. Sementara untuk tenaga dokter, dari kebutuhan sepu­luh orang yang mendaftar hanya tiga orang. “Satu orang mengundurkan diri, satu lagi tidak memenuhi standar,” jelasnya. Kondisi serupa terjadi di RSUD Ciawi. Direktur RSUD Ciawi, dr M Tsani Musyafa, mengatakan, pihaknya cukup kewalahan menangani lon­jakan pasien Covid-19 di tengah kebutuhan layanan kesehatan untuk pasien non-Covid yang cukup tinggi. Pihak RSUD Ciawi terpaksa membangun tenda darurat untuk mengurai antrean pa­sien yang membutuhkan ru­ang IGD. Tenda tersebut di­dirikan di lahan parkir yang sempit. “Kami sudah mendi­rikan dua tenda darurat dari BPBD, satu tenda untuk pasien covid dan satu tenda lagi un­tuk pasien non-Covid,” terang­nya. Tsani juga mengungkapkan, ketersediaan obat-obatan untuk pasien yang dirawat di RSUD Ciawi semakin menipis. (fin/yok/py)

Tags

Terkini