Rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor yang ingin membangun Stasiun Sukaresmi di kawasan Kecamatan Tanahsareal, Kota Bogor, kembali mencuat. Selain sudah menyiapkan lahan melalui pembebasan lahan hingga membangun jalan pendukung, teranyar Pemkot Bogor sudah bertemu petinggi PT Kereta Api Indonesia (KAI). TUJUANNYA untuk membangun komunikasi dan meminta bantuan dalam membangun stasiun atau stoplet di kawasan Tanahsareal itu. Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan (Bappeda) Kota Bogor, Rudy Mashudi. Rudy mengatakan, Pemkot Bogor awalnya ingin agar aset tersebut dibangun stoplet atau Stasiun Sukaresmi. Sebab, asumsi pada perencanaan Kota Bogor, membangkitkan perjalanan di Stasiun Bogor yang jumlahnya mencapai ribuan orang rata-rata per hari. “Nah dengan adanya Stasiun Sukaresmi akan menjadi retribusi pergerakan orang. Diharapkan yang ke Bogor Barat, Tanahsareal hingga Bogor Utara bisa turun di situ. Nanti disambung dengan BRT, bus antar moda ke Bubulak, ke Bogor Utara, ke (Jalan) Sholeh Iskandar hingga Tanahsareal,” katanya kepada awak media, kemarin. “Nah yang sudah dilakukan pemerintah kota kan pembebasan lahan dan pembangunan jalan yang menghubungkan Sukaresmi sampai Jalan Sholeh Iskandar (underpass),” terangnya. Terakhir, sambung dia, dua atau tiga bulan pihaknya bertemu petinggi urban transport-nya PT KAI. Ini sebagai komitmen dari pemkot untuk membangun rencana tersebut, sekaligus memohon bantuan karena kondisinya Pemkot Bogor masih tetap mengusulkan lahan di Sukaresmi menjadi stoplet atau stasiun. “Waktu itu kan terhenti karena PT KAI itu alasannya fokus ke kereta bandara, menyelesaikan kereta Bandara Soekarno-Hatta. Kan kalau untuk lahannya sudah kita siapkan, sementara stasiun itu kewenangannya ada di Kementerian Perhubungan dan PT KAI, kan nggak bisa bangun sendiri,” terangnya. Selain itu, tambah dia, ada skenario lain yang menjadikan lahan tersebut sebagai kawasan Transit Oriented Development (TOD), sehingga bisa mengundang swasta untuk bisa membangun dengan hitungan bisnis yang ada nantinya. Hal tersebut untuk mendukung alternatif yang ingin menjadikan lahan tersebut menjadi rusunawa. Jika demikian tentu bisa mendukung konsep TOD. Di mana terdapat kawasan pemukiman dan swasta. Namun hingga kini, sambung dia, belum ada rencana penganggaran ataupun kajian Detail Engineering Design (DED). “Belum ada. Intinya setelah bertemu petinggi Pak Budi (petinggi PT KAI, red) dua-tiga bulan itu, belum ada kontak lagi untuk follow up pertemuan,” imbuhnya. Sekadar diketahui, Pemkot Bogor bakal kembali mengajukan pembangunan Stasiun Sukaresmi di Jalan Arteri, Tanahsareal, Kota Bogor. Dalam wacana pembangunan stasiun ini, Pemkot Bogor akan meminta batuan PT Kereta Api Indonesia (KAI) agar dapat diajukan ke Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terkait kejelasan aset yang sempat dibebaskan Pemkot Bogor beberapa tahun silam. “Kejelasan dari PT KAI terkait aset yang sudah dibeli Pemda (Pemerintah Daerah) yang rencananya dibangun Stasiun Sukaresmi,” kata Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim. Dedie menjelaskan, pembahasan kelanjutan pembangunan Stasiun Sukaresmi akan dibahas lagi bersama sejumlah pihak. Sebab, pembangunan Stasiun Sukaresmi yang telah mangkrak bertahun-tahun ini dikarenakan masalah dari kontur tanah yang miring. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, tanah yang diperuntukkan Stasiun Sukaresmi ini masih memiliki tingkat kemiringan yang cukup tinggi. Sehingga kereta yang berhenti berpotensi tetap melaju. “Sudut kemiringan rel ini harus disesuaikan, di sudut yang memungkinkan kereta berhenti tanpa harus dilakukan semacam pengereman. Jadi kan gini, kalau misalnya masinis lupa narik rem. Kalau misalnya sudut kemiringan masih curam, kereta akan jalan,” tuntas Dedie. Stasiun Sukaresmi merupakan proyek pembangunan Kota Bogor sejak 2014. Pada 2015, Pemkot Bogor telah melakukan perluasan lahan untuk stasiun tersebut sekitar 1,8 hektare. Berdasarkan rencana, Stasiun Sukaresmi dijadikan TOD. Pembangunan tersebut diharapkan dapat mengurangi beban penumpang kerata api di Kota Bogor yang mencapai 79.192 per harinya. (ryn/eka/ py)