Tiga bulan jelang akhir tahun, proyek pembangunan Alun-Alun Kota Bogor di lahan eks Taman Topi atau Taman Ade Irma Suryani rupanya baru terealisasi 29 persen. Padahal, proyek yang menelan biaya Rp13,6 miliar itu ditarget rampung 7 Desember. UNTUK memuluskan pembangunan ambisius yang dananya bersumber dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melalui Dinas Perumahan dan Pemukiman (Disperumkim) diketahui mesti menebang lebih dari 30 pohon yang sudah ada sejak lama. Hal tersebut diungkapkan Kepala Bidang Pertamanan Penerangan Jalan Umum dan Dekorasi Kota pada Dinas Perumahan dan Pemukiman (Disperumkim) Kota Bogor, Irfan Zacky. Menurutnya, sesuai kajian tim ada 31 pohon yang ditebang dalam proyek ini. Sisanya hanya mempertahankan pohon-pohon terutama pohon besar. “Yang kita tebang itu pohon yang kondisi tingkat keroposnya sudah diatas 50 persen,” katanya, Senin (20/9). Ia menambahkan, nantinya bakal ada sekitar 240-an pohon yang akan ditanam dengan berbagai jenis pohon. “Tapi nanti kita lihat lagi tingkat kerapatannya, karena kalau terlalu rapat nanti tidak bagus juga untuk pemeliharaan ke depannya. Agak susah nanti pemeliharaannya. Tapi intinya kita rencanakan sekitar 200-an lebih pohon berbagai jenis,” papar Irfan. Sementara itu, Kepala Disperumkim Kota Bogor, Juniarti Estiningsih, menuturkan, progres Alun-Alun Kota Bogor kini mencapai 29 persen yang nantinya akan terbagi empat segmen. Yakni Zona Religi, Zona Plaza, Zona Jogging Track dan Zona Botani atau Hutan Kota. Mantan camat Bogor Barat itu mengklaim setiap minggu ada evaluasi terkait progres tersebut. Pihaknya menargetkan pekerjaan yang digarap PT Samudera Adi Nusantara itu selesai pada 7 Desember 2021. Sebab, pekerjaannya menelan waktu 180 hari. “Kita setiap minggu ada evaluasi terkait progres alun-alun. Kita menargetkan ini selesai pada 7 Desember 2021 atau 180 hari dan alun-alun ini nantinya akan menjadi kesatuan yang terintegrasi dengan Stasiun Bogor dan Masjid Agung. Mudah-mudahan ini menjadi ikon kedua setelah Sempur. Kan masyarakat juga perlu area-area hijau yang tempatnya presentatif,” pungkas Esti. (ryn/eka/py)