Pengembangan di bidang ekonomi saat ini menjadi perhatian khusus Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor. Terlebih, di musim pandemi ini pemerintah daerah harus jeli dan cekatan dalam melihat peluang untuk mengembangkan perekonomian daerah. Salah satunya membuat terobosan dengan membentuk komite khusus untuk pengembangan ekonomi kreatif Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim, menyebutkan bahwa Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor saat ini tengah melakukan pemetaan terhadap ratusan anak di wilayah Kota Bogor yang menjadi yatim piatu imbas ditinggal meninggal orang tuanya karena virus corona. Mereka merupakan target sasaran yang harus mendapatkan bantuan melalui program pendampingan anak yatim piatu korban Covid-19. “ARAHAN wali kota, anak-anak yatim, piatu atau yatim piatu yang orang tuanya terdampak Covid-19 dilakukan pemetaan mana saja yang masuk golongan anak-anak tidak mampu,” terang Dedie kepada wartawan Minggu (26/9). Menurutnya, anak-anak yang masuk golongan tidak mampu, terutama orang tua yang menjadi tumpuan mata pencahariannya hilang karena meninggal dunia, Pemkot Bogor melalui Dinas Pendidikan akan membantu biaya pendidikannya hingga jenjang SMP hingga SMA. ”Itu dulu, bagaimana teknisnya, diatur dan dicatatkan di Dinas Pendidikan, termasuk bagaimana mengkoordinasikan dengan KCD, misalnya ada anak yang sekolah di tingkat SMA,” ujarnya. Sedangkan untuk anak yang hendak masuk ke perguruan tinggi, sambung Dedie, tengah dilakukan pemetaan yang sama dengan cara berkoordinasi dengan perguruan tinggi agar diberikan beasiswa. Saat ini Pemkot Bogor lebih konsentrasi pada pendidikan anak-anak yang menjadi korban orang tuanya meninggal karena Covid-19. “Kemudian apakah mereka setelah lulus SMA mau ke perguruan tinggi. Nanti kita carikan perguruan tinggi yang mau menampung, khususnya di Kota Bogor. Kan banyak, ada Unpak, UIKA, Universitas IBI Kesatuan, (Universitas) Nusa Bangsa dan lain-lainnya,” paparnya. “Ini dipetakan di Disdik dan dibantu wilayah, data yang sedang diverifikasi data yang datang dari kelurahan dan kecamatan,” tambahnya. Mantan direktur KPK itu melanjutkan, karena bantuan tersebut sifatnya kedinasan, maka proses anggarannya harus dibuatkan surat keputusan wali kota. Sebab, harus memastikan seseorang untuk mendapatkan dispensasi terkait pembiayaannya. “Harus dipastikan kebijakan mana yang melindungi mereka. Kalau sudah fiks, wali kota akan mengeluarkan surat keputusan atau peraturan wali kota untuk mereka yang orang tuanya meninggal karena covid,” ujar Dedie A Rachim. “Kan ada data orang yang isoman, tapi tidak pernah tercatat covid tapi meninggal, apakah itu bisa mendapatkan bantuan. Nanti akan kita bahas sampai ke sana,” sambungnya. Sekadar diketahui, berdasarkan data dari Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Kota Bogor, jumlah anak yang ditinggal meninggal oleh orang tuanya karena Covid-19 mencapai 331 orang. Dengan rincian, sebanyak 199 anak menjadi yatim, 121 anak piatu dan 11 anak menjadi yatim piatu. Sementara jumlah warga Kota Bogor yang meninggal dunia sebanyak 521 orang pada Sabtu (25/9). Jumlah itu bertambah 51 orang saat pendataan awal. Sebelumnya, Wali Kota Bogor, Bima Arya, meminta program pendampingan anak yatim piatu korban Covid-19 segera direalisasikan. Kepada camat dan lurah, ada tiga hal yang ditekankan Bima Arya, yaitu pembaruan (update, red) data, laporan data terkait anak yatim dan dana yang terkumpul. Untuk aparatur wilayah di bawah koordinasi asisten dan kepala Bagian Tata Pemerintahan diminta selalu memegang data mutakhir per hari. Kepada sekda Kota Bogor dan asisten, ia juga meminta laporan sesegera mungkin terkait 300 lebih anak yatim piatu korban Covid-19 untuk menentukan skemanya. “Data terus diperbarui, skema masing-masing keluarga dari anak yatim piatu masing-masing kecamatan dan kelurahan, bantuan apa saja yang dibutuhkan dan dana yang sudah terkumpul direkap. Dalam satu minggu ke depan, saya minta laporannya sudah tersedia. Jadi pemetaan dan penanganannya dari masing-masing wilayah itu seperti apa dan bagaimana,” bebernya. Selain data terkini, aparatur wilayah juga diminta mengunjungi dan memetakan anak yatim piatu di wilayahnya masing-masing. Sebab, kondisi anak yatim piatu itu berbeda-beda. “Ada yang yatim, ada yang piatu. Ada yang sudah aman sekolahnya, ada yang kuliahnya perlu dibantu. Ada yang cukup dengan BOS, ada juga yang cukup dibantu seragam. Ada lagi yang rumahnya harus dibantu RTLH, ada keluarganya harus dialokasikan program PKH,” katanya. “Ini saya tagih dan saya tidak main-main. Ini pendampingan yang terus dan jangka panjang,” tegas Bima Arya didampingi Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim dan Sekda Kota Bogor Syarifah Sofiah. Terkait dana yang telah dikumpulkan dari berbagai pihak, di antaranya hasil lelang barang-barang pribadi milik Bima Arya dan dana yang disisihkan dari Aparatur Sipil Negara (ASN) Kota Bogor. Selain itu, ada juga dana Jaga Asa yang masih tersimpan. Bima Arya pun mengingatkan peruntukan dana tersebut. “Untuk peruntukannya, saya minta tolong untuk dipastikan. Nanti akan kita alokasikan untuk program Jaga Asa. Bingkai besarnya program Jaga Asa. Tahun lalu difokuskan untuk ekonomi yang terpapar. Sekarang difokuskan pada anak yatim piatu. Ini menjaga harapan mereka,” pungkasnya. (rez/eka/py)