Kota Bogor bakal menjadi tuan rumah penyelenggaraan Kongres ke V Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) sekaligus peluncuran Ibu Kota Kebudayaan pada 2-5 Desember 2021. Hal itu tak lepas dari dampak ekonomi yang akan dirasakan masyarakat di Kota Bogor, khususnya para pelaku usaha hotel dan restoran. KETUA Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Bogor, Yuno Abeta Lahay, mengatakan, saat ini pihaknya menyambut baik perhelatan budaya yang tersebar se-Indonesia itu. Sebab, Kongres ke V JKPI merupakan salah satu even terbesar yang akan diselenggarakan Kota Bogor pascapandemi Covid-19. “Kita (PHRI, red) pasti menyambut baik Kongres JKPI tersebut. Meski kental dengan nuansa budaya, ini merupakan even pariwisata juga,” kata Yuno saat dihubungi Metropolitan, Jumat (26/11). Hal tersebut, sambung Yuno, tentu akan berdampak pada sektor ekonomi di Kota Bogor. Mengingat Kongres ke V JKPI akan dihadiri 72 kota dan kabupaten yang terdapat kurang lebih 700 kontingen di dalamnya. Tetapi di saat bersamaan, okupansi hotel di Kota Bogor sedang penuh, hampir 100 persen di setiap akhir pekan. “Dampak ekonomi bukan hanya di anggota saya, hotel dan restoran, tapi juga kontingen kaya akan ada jalan-jalan, terus akan ada juga belanja oleh-oleh. Itu yang menurut saya lebih baik dampaknya. Karena di situ kan ada UMKM,” sambungnya. Lalu dari sisi hotel dan restoran, ia bakal memberikan harga spesial untuk tamu undangan Kongres ke V JKPI. “Tapi balik lagi, ketika permintaan tinggi, biasanya hotel juga nggak bisa memasang harga rendah, karena bulan ini bulan tanda kutip ‘nyayur’ di hotel,” tuturnya. Bagi Yuno, even sebesar Kongres ke V JKPI adalah salah satu pemantik bagi pekerja event organizer (EO) agar membuat even-even besar lainnya demi membantu pemulihan ekonomi di Kota Bogor. “JKPI ini juga nilainya sebagai parameter even. Jadi, kalau ini sukses dan bisa melakukan protokol kesehatan dengan baik, ke depan teman-teman EO bisa mulai membuat even yang menjadi destinasi bagi wisatawan berdatangan,” pungkasnya (far/c/ feb/py)