Jembatan Otto Iskandardinata (Otista) Kota Bogor seringkali menjadi kambing hitam kemacetan di sekitar Tugu Kujang atau kendaraan dari Jalan Pajajaran. Hal itu lantaran terjadi bottleneck atau penyempitan jalan di jembatan tersebut. SEMPAT akan terlaksana pada 2020 melalui bantuan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat, namun batal karena terkena refocusing. Rencana perbaikan dan pelebaran jembatan yang disebut sudah ada sejak 1940 itu pun kembali menguat dan dikabarkan bakal terlaksana tahun depan alias 2023. Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Bogor, Chusnul Rozaqi. “Pemkot Bogor sudah berjuang meminta bantuan anggaran ke pemerintah pusat, tapi belum ada hasil. Sekarang sedang kita usulkan ke Pemprov Jabar, mudah-mudah masuk ke RKPD-nya Pemprov buat kegiatan 2023,” katanya saat ditemui Metropolitan, baru-baru ini. Ia menuturkan, perbaikan dan pelebaran Jembatan Otista memerlukan anggaran yang cukup besar, yakni sekitar Rp52 miliar. Sehingga pihaknya memutuskan untuk meminta bantuan dari Pemprov Jabar. Ia optimis Pemprov Jabar bakal merealisasikan pembangunan Jembatan Otista. Sebab, dari 30 kegiatan yang diajukan Kota Bogor untuk diintervensi Jabar, proyek Jembatan Otista menjadi prioritas. Selain itu, sambung Chusnul, Wali Kota Bogor Bima Arya sendiri sudah meminta langsung kepada Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, terkait bantuan proyek Jembatan Otista karena kebutuhan penting. “Ini usulan prioritas yang sudah ditindaklanjuti pak wali yang sudah meminta langsung ke gubernur. Kita berharap bisa terlaksana,” ujarnya. Untuk konsep pembangunan, jelas Chusnul, ada dua desain yang ditawarkan. Yakni, hanya melebarkan jembatan atau membangun ulang jembatan berikut pelebaran. Dari dua kemungkinan itu tergantung kajian ke depan. “Kita punya dua desain. Yang satu pelebaran saja, yang satu lagi bangun total. Cuma pertimbangannya, kalau tutup total, jembatan bisa baru tapi dampaknya jalan Otista juga ditutup total. Nah, ini yang harus kita pikirkan dampaknya,” katanya. “Mungkin kita akan condong ke pelebaran, karena dampaknya tidak terlalu besar buat arus lalu lintas di jantung kota. Kalau nilai, dua desain itu kebutuhannya hampir sama,” sambungnya. Tak hanya itu, ia juga memastikan pelebaran jembatan Otista tidak akan berbarengan dengan perbaikan Jembatan Sempur seperti rencana beberapa tahun lalu. Sebab, jika kedua jembatan diintervensi pembangunan di tahun yang sama, maka dampak lalu lintas akan sangat berat karena berada dalam satu rangkaian jalan seputaran Kebun Raya Bogor (KRB). “Nggak. Kalau dua-duanya dikerjakan bareng bisa macet total. Intinya, kita punya dua desain, kita lihat nanti mana yang paling memungkinkan,” tegasnya. Untuk memuluskan rencana pelebaran jembatan Otista, tambah dia, Pemkot Bogor sudah melakukan pembebasan lahan di sekitar jembatan, tepatnya di Kelurahan Babakanpasar dengan anggaran Rp7,5 miliar. “Pembebasan sudah. Mudah-mudahan tahun ini masuk RKPD Jabar, jadi akhir tahun ini bisa mulai lelang. Jadi awal 2023 bisa langsung pelaksanaan,” tuturnya. Tahun ini, sambung dia, rencana perbaikan yang meliputi pelebaran Jembatan Otista dipastikan kembali tidak terlaksana. Sebab, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat memastikan tidak ada bantuan keuangan buat Kota Bogor untuk pembangunan Jembatan Otista pada 2022. Keterbatasan anggaran ditengarai menjadi penyebabnya. Sementara itu, anggota DPRD Jawa Barat daerah pemilihan (dapil) Kota Bogor, Iwan Suryawan, mengatakan, pembangunan Jembatan Otista dan Jembatan Sempur sejatinya sudah dianggarkan lewat bantuan keuangan (bankeu) pada APBD Provinsi Jawa Barat 2020. Sayangnya, pembangunan batal terlaksana lantaran terdampak refocusing Covid-19. “Kan pernah dianggarkan, tapi kena refocusing. Akibatnya, bankeu untuk Jembatan Otista, Jembatan Sempur dan penataan Suryakencana yang waktu itu dianggarkan ya batal karena kemampuan anggaran berkurang,” katanya kepada awak media, belum lama ini. Tahun ini pun, sambung Iwan, kemampuan anggaran Pemprov Jabar terbatas lantaran ada pengurangan sekitar Rp5 triliun, sehingga kembali tidak terlaksana 2022. Meski begitu, ia mengakui pelebaran Jembatan Otista sangat vital karena merupakan jalur utama serta berada di tengah kota. Di mana seringkali menjadi biang kemacetan di sekitaran Tugu Kujang dan Jalan Pajajaran karena bottleneck di jembatan tersebut. “Ini akan diajukan kembali, tapi tergantung Pemkot Bogor juga. Kita dengar sudah diajukan kembali ke Jabar dan pusat. Mungkin akan muncul di (APBD) 2023 ya,” tukas politisi PKS itu. (ryn/eka/py)