METROPOLITAN.ID – Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kota Depok menargetkan pencapaian lebih tinggi di Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Barat 2026.
Dengan pemetaan cabang olahraga (Cabor) unggulan dan penambahan Cabor potensial, Kota Depok optimistis menembus posisi 10 besar lebih cepat dari sebelumnya.
“Kami sudah memetakan cabang olahraga yang berpotensi menyumbang medali. Sebagian masih sama dengan andalan di tahun 2022, tapi ada tambahan cabor yang akselerasi pembinaan dan prestasinya luar biasa,” kata Ketua KONI Depok, Herry Suprianto, Rabu 16 Juli 2025.
Salah satu Cabor yang mencuri perhatian adalah PSOI (Persatuan Selancar Ombak Indonesia). Atlet dari cabor ini baru-baru ini menjuarai kejuaraan dunia yang digelar di Bali. Selain itu, cabor hoki juga menunjukkan perkembangan signifikan.
“Dalam seleksi nasional kemarin, dua atlet hoki kita bahkan terpilih memperkuat tim nasional,” kata Herry.
Menurutnya, jika melihat grafik prestasi dari masing-masing cabor, pihaknya optimistis target 10 besar bisa tercapai. Namun, Herry mengingatkan pentingnya sebaran keikutsertaan di berbagai cabor.
“Di Porprov 2022, kami hanya mengikuti sekitar 40 dari total 76 cabor. Artinya, hampir 50 persen cabor belum kita ikuti. Itu tentu berpengaruh terhadap jumlah perolehan medali,” paparnya.
Kini, KONI Depok telah menambah jumlah partisipasi cabor dan memperkuat sistem pembinaan. Herry menyebut potensi medali dari cabor tambahan tersebut sangat menjanjikan.
“Kami pantau langsung progres pembinaannya, dan sejauh ini sangat positif,” tegasnya.
Selain fokus pada pencapaian prestasi, KONI Depok juga memperhatikan kesejahteraan atlet. Salah satunya lewat program insentif bulanan untuk atlet berprestasi dan potensial.
“Sejak 2010 kami menjalankan program insentif untuk atlet peraih medali di Porprov, juga untuk mereka yang berpotensi menyumbang medali di 2026. Mereka tergabung dalam Program Akselerasi Atlet Terpadu (PAAT),” jelas Herry.
PAAT merupakan program khusus bagi atlet pilihan yang diusulkan oleh masing-masing pengurus cabor. Dari total sekitar 600–800 atlet yang diajukan, hanya 230 atlet yang lolos seleksi dan masuk dalam program, mengingat keterbatasan anggaran.
“Atlet yang masuk PAAT harus melalui proses seleksi ketat, dengan salah satu indikator utamanya adalah potensi medali yang terukur, bukan hanya prediksi semata. Semua berbasis data dan capaian riil,” tutup Herry. (Ali)