Sebagai perwujudan peran pemerintah dalam konsep tersebut, dia terus mendorong kebijakan yang mendukung program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) yang diinisiasi Perpusnas.
Dari sisi akademisi, kerja sama telah dijalin dengan berbagai perguruan tinggi dan dilakukan dalam bentuk pendampingan akreditasi perpustakaan dan pemilihan duta baca.
“Kami juga menjalin kolaborasi dengan akademisi dalam berbagai kajian dan alih media naskah kuno agar nilai-nilai budaya tetap lestari,” lugasnya.
Pihaknya menggandeng berbagai organisasi masyarakat untuk meningkatkan minat baca melalui kampanye literasi dan kegiatan berbasis komunitas.
Program Wakaf Buku untuk Jabar Juara Literasi (WAJJIT) yang melibatkan masyarakat dalam mendonasikan buku menjadi salah satu langkah nyata yang dilakukannya. “Masyarakat adalah bagian penting dalam ekosistem literasi. Kita tidak bisa berjalan sendiri,” katanya.
Lebih lanjut dia mengatakan media memiliki peran penting dalam menyebarluaskan kampanye literasi. “Literasi bukan hanya tentang membaca buku, tetapi juga bagaimana kita mengakses dan memanfaatkan informasi dengan baik. Media menjadi jembatan bagi kami untuk menjangkau masyarakat lebih luas,” tambahnya.
Dengan kolaborasi yang kuat melalui strategi pentahelix, dia berharap budaya membaca semakin mengakar di masyarakat Jawa Barat. Dengan begitu, mempercepat terciptanya masyarakat yang cerdas dan berdaya saing.***