Senin, 22 Desember 2025

Jabar Perkuat Impor Regional Antisipasi Perlambatan Laju Pertumbuhan Ekonomi

- Selasa, 18 Februari 2020 | 23:10 WIB

METROPOLITAN.id - Gubernur Jawa Barat  Ridwan Kamil menggelar Rapat Pimpinan (Rapim) di Kantor Bapenda Provinsi Jabar, Kota Bandung, Senin (17/2/20). Agenda rapim tersebut salah satunya membahas terkait evaluasi ekonomi makro Jabar di 2019 oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Jabar. KPwBI Provinsi Jabar memaparkan, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) di 2019 menurun dari 5,66 persen di 2018 menjadi 5,07 persen di 2019 (year on year). Meski begitu, angka tersebut masih lebih tinggi ketimbang pertumbuhan ekonomi nasional yakni 5,02 persen di 2019. "Jadi Jabar sedang dihitung, antisipasi, secara umum (ekonomi) menurun, ditambah (diperparah) COVID-19, dampaknya seperti apa. Setelah dipaparkan, kami bergerak cepat," ucap Kang Emil --sapaan Ridwan Kamil. "Intinya arahan saya dalam rapim ini, dalam satu minggu harus ada rencana aksi mengantisipasi ekonomi turun dengan aksi konkret," tambahnya. Sementara menurut laporan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jabar, pada 2019 terjadi pertumbuhan positif sektor perdagangan dari 0,65 (2018) menjadi 1,15. Bappeda menilai, sektor perdagangan bisa menjadi peluang sumber pertumbuhan ekonomi baru di provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia ini. Adapun baik KPwBI maupun Bappeda Provinsi Jabar menilai bahwa salah satu penyebab turunnya LPE Jabar di 2019 adalah pengaruh ketidakpastian ekonomi global dampak perang dagang Amerika Serikat-China. Untuk itu, Kang Emil berujar salah satu antisipasi yang dilakukan untuk menjaga LPE Jabar adalah mengalihkan impor beberapa komoditas ke wilayah lain di Tanah Air. "Yang selama ini banyak bergantung ke China, kita geser mencari impor regional yang selama ini belum maksimal. Daripada impor ke luar, lebih baik impor ke Sulawesi, Jatim, dan Sumatera," ucap Kang Emil. "Sehingga Jabar harus tangguh terhadap guncangan-guncangan ekonomi dunia dan krisis kesehatan dengan menguatkan ekonomi regionalnya," katanya. Selain itu meski LPE Jabar turun di 2019 (yoy), Kang Emil menegaskan bahwa tiga indeks di Jabar menorehkan catatan positif, yakni angka kemiskinan turun dari 7,25 persen di 2018 menjadi 6,82 persen pada 2019, daya beli naik dari 10,79 persen (2018) menjadi 11,15 persen (2019), serta gap gini ratio yang turun. "(Gap gini ratio turun) dari 0,4 sekian menjadi 0,39. Jadi poinnya, walaupun pertumbuhan terdampak global ini turun, tetapi fundamental-fundamental ekonomi performa Jabar bagus," tutur Kang Emil. "Warga miskinnya turun, daya belinya naik, gap (gini ratio) juga mengecil," tegasnya. (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Terkini

Apresiasi Surat Edaran KPID Jabar

Senin, 29 Agustus 2022 | 09:11 WIB

Penopang Jembatan Rusak, Komisi IV Respon

Senin, 29 Agustus 2022 | 09:10 WIB

Jadi Solusi Atasi Kemacetan

Senin, 7 Maret 2022 | 10:46 WIB

Perlu Sinergitas Provinsi dan Daerah

Senin, 7 Maret 2022 | 10:45 WIB

Anggaran Rutilahu Kurang

Senin, 7 Maret 2022 | 10:44 WIB

Jaga Keaslian Aset Daerah!

Jumat, 18 September 2020 | 17:20 WIB

RSUD Kesehatan Kerja Kudu Naik Kelas

Jumat, 18 September 2020 | 17:19 WIB

Tinjau Aset Pemprov

Jumat, 18 September 2020 | 17:18 WIB

Gali Potensi Baru Perkebunan Kelapa

Kamis, 30 Juli 2020 | 11:27 WIB

Komisi III Raker Bersama BJB dan Bank Banten

Kamis, 30 Juli 2020 | 11:26 WIB

Kaukus Perempuan Parlemen Salurkan Bantuan

Kamis, 30 Juli 2020 | 11:25 WIB
X