Terlahir dari keluarga tak mampu tidak menyurutkan langkah kaki Ina, anak pasangan Saefudin (55) dan Yoyoh (45), tetap sekolah. Meski hanya punya seragam satu-satunya, ia rela berhari-hari tak ganti. Bahkan jika kena hujan, seragamnya terpaksa dikeringkan di tungku.
TINGGAL di gubuk reyot bersama sebelas saudara kandungnya membuat Ina tetap bersyukur. Sebab, ia masih bisa merasakan mengecap pendidikan di tingkat SMP. Tidak seperti kakak-kakaknya yang harus putus sekolah hingga tingkat SD.
Warga Kampung Cipayung, RT 08/03, Desa Rabak, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor pun, tetap bersemangat pergi sekolah. “Penginnya beli baju baru, tetapi kan umi nggak punya uang. Baju saja tinggal satu-satunya,” kata Ina.
Setiap hujan, semua keluarga khawatir rumah yang sudah reyot itu roboh. Apalagi genteng rumah sudah berjatuhan dan merusak satu kamar. “Kalau seragamnya basah, dikeringkan di tungku dapur rumah,” akunya dengan wajah polos.
Setiap hari dengan menggunakan seragam sekolah lusuh dan tas gendong bolong, ia rela melalui segala rintangan menuju sekolah hanya demi bisa mendapatkan ilmu pengetahuan di SMP Terbuka.
Walaupun orang tua hanya lulusan SD, orang tuanya punya mimpi agar anak-anaknya bisa tetap bersekolah tinggi. “Kalau punya ijazah SMA bisa kerja jadi sekretaris di kantor,” katanya.
Ia pun berharap kelak bisa membahagiakan kedua orang tuanya yang selama ini telah berjuang membesarkan 12 anaknya. “Pengin lihat bapak dan umi bahagia. Punya rumah bagus, nggak reyot lagi,” harapnya.
(ads/c/feb/run)