Sementara itu, Kepala Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Bogor Boris Derurasma mengklaim banyak perubahan nyata di bidang pertamanan dengan hadirnya beragam taman. Disinggung soal taman yang dianggap dibangun sia-sia ia menampiknya.
“Kalau bicara kurang optimal ukurannya apa? Itu kan sebelumnya tidak tertata tapi sekarang sudah tertata, sudah dibangun. Boleh dikatakan subjektif kalau ada yang bilang belum optimal. Kami juga tidak mungkin bekerja langsung jadi, ada prosesnya,” terangnya.
Menurut Boris, pemkot akan terus membangun taman di tahun ini dan tahun depan. Namun, dirinya belum bisa merincikan berapa jumlah dan lokasi pembangunan taman tersebut.
Hal ini pun didukung penuh Pakar Lingkungan dari IPB Hadi Susilo Arifin. Menurutnya, Pemkot Bogor telah cukup baik dalam menyediakan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan.
“Program perawatan rumput, bangunan dan kebersihan sesuai semestinya, jadi tidak hanya bertumpu pada pembangunannya lalu sudah selesai dan melupakan perawatan,” katanya.
Meski soal pertamanan banyak dipuji, nyatanya tidak semua prioritas Bima-Usmar berjalan mulus. Termasuk soal penataan transportasi yang hingga kini masih jadi bahan gunjingan. Ini ditambah dengan predikat kota termacet kedua di dunia versi Waze. Belum lagi adanya gesekan dengan sopir angkot dan angkutan online baru-baru ini.
“Banyak yang harus dibenahi. Termasuk, anggaran Dishub harusnya ditambah tiga persen dari APBD. Sama seperti Solo untuk mengatur transportasi,” kata Pengamat Transportasi Kota Bogor Djoko Setidjowarno.
Ia pun menilai jika penataan tata kota Bogor masih belum bagus alias jauh dari harapan, hal itu dapat terlihat dari layanan transportasi umum yang semrawut.
“Apalagi sekarang transportasi umum diserbu kendaraan berbasis online yang keberadaannya sulit dibendung karena sejak awal tidak ada tindakan antisipatif dari pemerintah kota terkait hal ini,” tandasnya.
(rez/fin/mam/cr1/e/feb/dit)