berita-utama

6 Kali Novel Baswedan Mau Dibunuh

Rabu, 12 April 2017 | 09:04 WIB

tengah pengusutan kasus korupsi e-KTP yang merugikan negara senilai Rp2,3 triliun, penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan diteror dua pria misterius. Selasa (11/4) pagi, Novel disiram air keras hingga mengenai kedua matanya. PENYERANGAN ini disebut telah disiapkan secara rapi. Bahkan, para penyerang pernah ikut salat berjamaah bersama Novel Baswedan. Koordinator Kontras Haris Azhar menyebut, serangan itu direncanakan matang dengan alat yang sudah ditentukan secara spesifik, air keras. “Penyerang bukan hanya tahu jadwal kegiatan Novel Baswedan, mereka bahkan turut serta dalam kegiatan-kegiatan itu. Seperti ikut salat berjamaah bersamanya,” kata Haris dalam jumpa pers di Gedung KPK, Selasa (11/4) memaparkan temuan awal kasus serangan terhadap Novel Baswedan. Kasus penyerangan ini pun langsung sampai ke telinga Presiden Joko Widodo. Ia mengutuk keras aksi penyerangan yang dilakukan terhadap penyidik KPK. “Itu tindakan brutal, saya mengutuk keras. Saya perintahkan kapolri dicari siapa (pelakunya),” kata presiden. Jokowi juga mengingatkan kembali Lembaga Antirasuah agar tidak ciut memberantas korupsi. “Jangan sampai orang-orang yang mempunyai prinsip teguh seperti itu dilukai dengan cara-cara yang tidak beradab. Ini tidak boleh terulang,” tegasnya. Serangan terhadap Novel Baswedan yang terjadi pada Selasa subuh di dekat Masjid Al Iksan di sekitar rumahnya, kawasan Kelapa Gading, memicu kemarahan dan solidaritas berbagai kalangan. Ketua Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Ibrahim Fajri juga ikut angkat bicara. Tak hanya ikut mengutuk keras tindakan pelaku dan dalangnya, ia juga menuntut aparat kepolisian segera mengusut tuntas kasus tersebut secara transparan. “LBH UIKA menolak segala bentuk intimidasi terhadap seluruh penegak hukum yang ada di Indonesia. Kami minta ini diungkap siapa pelaku pada peristiwa tersebut,” katanya. Sementara itu, sejumlah tokoh dan lembaga berkumpul di KPK menyatakan solidaritas pada Novel Baswedan dan kutukan pada kelompok dan kekuatan di balik serangan itu. Mantan pimpinan KPK Busyro Muqoddas mengatakan, peristiwa yang menimpa Novel Baswedan tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan kasus-kasus yang ditangani Novel, termasuk kasus dugaan korupsi e-KTP. “Tentulah, tentu. Karena posisi Novel tak bisa dilepaskan. Dulu kasus Korlantas dilakukan langkah-langkah yang tak rasional terhadap Novel, sekarang e-KTP. Selalu ada kaitannya,” kata Busyro di depan Gedung KPK, Jakarta. Busyro mencatat bahwa Novel telah mengalami setidaknya enam kali aksi kekerasan yang menjurus pada percobaan pembunuhan. “Mudah-mudahan Presiden Jokowi bisa segera mengambil langkah membentuk tim gabungan polri dan unsur-unsur masyarakat lainnya untuk memburu pelaku,” tegas Busyro. Juru bicara KPK Febri Diansyah membenarkan soal aksi percobaan kekerasan yang mengancam jiwa Novel telah berulang kali terjadi. Novel tercatat pernah ditabrak mobil saat mengendarai sepeda motor menuju Kantor KPK. Ia juga dipidanakan terkait dugaan pembunuhan pada 2004 terhadap seorang pencuri sarang burung walet saat ia menjadi penyidik di Bengkulu. Kasus ini menimbulkan kehebohan, karena saat itu ia salah seorang penyelidik kasus yang melibatkan Budi Gunawan yang saat itu dicalonkan sebagai kapolri. Belakangan Novel Baswedan juga mendapat surat peringatan dari pimpinan KPK, terkait kritiknya kepada pimpinan KPK perihal rencana pengangkatan ketua satuan tugas (kasatgas) KPK dari luar KPK. (bc/jp/cr2/feb/dit)

Tags

Terkini