Suara teriakan penumpang bus maut Ciloto-Puncak masih terngiang-ngiang di kuping Wawan Setiawan, korban yang berhasil selamat dari kecelakaan tragis Minggu (30/4) kemarin. Detik detik saat busnya hilang kendali masih terekam jelas di memorinya. Termasuk saat bus maut yang ditumpanginya bersama rombongan KPPS DKI Jakarta menghantam kendaraan di depannya dan terjun bebas ke perkebunan kol hingga 11 korban tewas berjatuhan.
Dengan kaki masih berbalut perban, Wawan menceritakan saat suasana di bus maut yang ditumpanginya berubah mencekam dan tegang. Sejumlah penumpang panik begitu sang kernet mengatakan jika rem bus mengalami blong. Wawan kemudian bergerak ke tengah dan bertahan dalam posisi berdiri sambil pegangan dua kursi.
Kala itu ia sudah pasrah menghadapi kemungkinan terburuk yang akan dihadapinya bersama rekan-rekan seisi bus. Bus maut yang melewati jalur Ciloto-Puncak bergerak zigzag dua kali dan melaju semakin kencang saat melintasi turunan.
“Waktu itu enggak tahu apakah mesin mobil hidup atau dimatikan oleh sopir karena situasinya semua sudah panik,”ucap Wawan yang mengingat kejadian detik detik bus maut itu terguling.
Laju bus semakin tak terkendali. Wawan menyaksikan bagaimana bus yang ditumpanginya itu menghantam beberapa kendaraan yang sedang antre menunggu buka-tutup jalur Puncak dari arah yang berlawanan. Bahkan, saat bus terguling, seluruh penumpang ikut terpontang-panting di dalam bus.
"Bus membentur dan terbang dalam keadaan miring dan langsung jatuh ke perkebunan kol warga. Waktu itu bus menghantam dua Avanza, langsung terbang dan menghantam tanah kemudian terguling. Kami yang di dalam juga ikut terguling," terang lelak yang jadi Petugas TPS 36 Kebayoran Lama Utara.
Kondisi bus sudah hancur berantakan. Serpihan kaca sudah berhamburan. Beruntung, Wawan masih bisa keluar dari bus maut itu. Meski tubuhnya habis kena benturan kursi.
"Kursi di dalam itu menimpa kita semua, alhamdulillah saya bisa keluar dari bus. Tapi yang lain ada yang langsung meninggal di dalam bus karena kegencet,”ucap dia dengan nada lirih.
(kum/feb)