Penetapan vonis hakim atas kasus penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, diwarnai cerita duka. Seorang fans berat Ahok bernama Gerart Samapaty tiba-tiba meninggal dunia usai mendengar keputusan Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Vonis dua tahun yang didengar dari balik layar kaca membuat tubuh lelaki yang bertugas jadi satpam di rumah relawan Ahok itu tiba-tiba pingsan dan meninggal dunia. Tak ada angin tak ada hujan, tubuh Gerart tiba-tiba ambruk tepat di depan layar kacanya. Saat itu tayangannya mempertontonkan sidang vonis Ahok. Anak Gerart, Lestari, yang tahu ayahnya pingsan pun langsung terkejut hingga sang ayah dilarikan ke puskesmas. Namun, bidan yang bertugas mengatakan bahwa ayahnya sudah meninggal dunia. “Padahal mulanya sehat-sehat saja,” kata relawan Ahok-Djarot, Nongandah Darol Mahmada, menirukan ucapan anak almarhum. Nongandah pun menceritakan kronologi sebelum maut menjemput Gerart. Bermula dari mati lantaran tak ada remotetelevisi yang dalam kondisi nya. Namun, rasa penasaran Gerart tak pudar untuk menyaksikan sidang vonis Ahok. “Lalu ada tukang remote lewat rumahnya, dia beli,” katanya, Selasa (9/5). Akhirnya, televisi miliknya bisa menyala. Hanya apa yang ditayangkan tak sesuai dengan yang diinginkan Gerart yang sehari-hari menjadi satpam posko relawan pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat di Rumah Lembang, Menteng, Jakarta Pusat. Saat itu Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara memvonis Ahok dua tahun penjara. “Pas pembacaan Pak Ahok dipenjara dan langsung ditahan, dia tidak sanggup dan langsung pingsan. Itu masih di depan tukang remotenya,” ucap Nongandah. Lantas tukang remote itu berteriak memanggil Lestari yang sedang memasak di dapur. Jenazah Gerart akan dibawa ke Sumba, Nusa Tenggara Timur, untuk dimakamkan di kampung halamannya. “Beliau meninggalkan istri dan tujuh anak. Nanti malam jam satu dini hari akan dibawa ke Sumba dan dimakamkan di sana,” ujar dia. (de/feb/run)