BERMULA dari merasa gatal di seluruh tubuh sejak 27 tahun silam, Dzakir (64) tiba-tiba berubah menjadi manusia ‘hulk’. Gatal yang diderita Dzakir tidak diketahui penyebabnya. Ia menganggap hanya penyakit kulit yang kemudian digarukgaruk. Warga Kampung Citalingkup, Desa Megamendung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor itu tak mengindahkan rasa gatal dengan mencari penanganan medis.
BENJOLAN berukuran cukup besar mulai timbul satu per satu di sejumlah bagian tubuhnya. Melihat perubahan di tubuh, Dzakir kala itu mencoba berobat ke puskemsas bersama istri. Tapi sayang, dokter dan perawat di puskesmas angkat tangan. Mereka mengatakan, pada Dzakir bahwa penyakit yang dideritanya tak bisa ditangani medis.
Jelas saja, Dzakir yang tinggal berdua bersama istri menjadi panik. Mereka berdua mencoba memutar otak untuk menangani hal yang sedang terjadi pada tubuhnya. Dzakir mencoba sabar dan menerima kondisinya meski tak ada yang tahu apa yang sedang terjadi pada tubuhnya. Dua puluh tahun berlalu, kesabaran Dzakir habis. Dia memutuskan untuk beranjak ke rumah sakit yang memiliki dokter serta alat lebih lengkap. Akhirnya Dzakir menerima diagnosis yang mengejutkan dari dokter. Dari berbagai macam tes dan pemeriksaan yang dilakukan melalui proses panjang, dokter mendiagnosis Dzakir menderita tumor lifoma.
Tubuh Dzakir dipenuhi benjolan berukuran besar, malah sampai ke wajahnya. Penyakit itu membuatnya tak bisa tinggal diam. Penghasilan yang seadanya tak mampu menanggung biaya rumah sakit dan obat yang mesti dikonsumsi. Dzakir beserta sang istri sepakat untuk menjual rumah berukuran 2,4 x 4 meter yang selama ini ditinggali.
Kala itu uang penjualan rumah digunakan untuk biaya operasi. Cobaan Dzakir tak selesai sampai di situ. Uang hasil penjualan rumahnya tak cukup untuk menutupi biaya operasi. Dia kembali meminjam uang. Tujuh tahun lalu, dengan segala uang hasil pinjaman sana-sini, Dzakir dioperasi dan dia dinyatakan sembuh.
Ternyata penyakit Dzakir kembali kambuh dan benjolannya semakin banyak . Menurut aktivis sosial dari Panti Silih Asih, Nani Rohaeni (48) , Dzakir sempat tidak bisa melakukan aktivitas apapun. Namun ia sedikit bersyukur karena mendapatkan obat dari Jakarta, sehingga Dzakir bisa beraktivitas untuk sementara. “Kalau dulu malah kayak robot, nggak bisa ngapa-ngapain, ininya mengeras, pendengaran nggak lancar, ini kan mengeras semua . Akhirnya kita cari donatur Gema Sosial dari Jakarta dapat bantuan obat herbal,” katanya.
Kini Dzakir beserta istri harus tinggal di rumah majikan istrinya, yaitu sebuah vila pribadi di Kampung Citalingkup, Megamendung. Harta yang mereka punya sudah tidak ada, bahkan sehabis operasi, utang-utangnya yang berjuta-juta belum juga terlunasi dengan gaji istrinya sebagai penjaga vila yang pas-pasan. Bahkan sampai saat ini pihak pemerintah belum memberi bantuan apapun kepada Dzakir dan istri.
Terpisah, anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Bogor Egi Gunadhi Wibhawa mengatakan bahwa semua warga yang membutuhkan pertolongan bisa dibantu Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor. Baik itu melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) hingga bantuan tunai. Sehingga tanpa diminta aparatur wilayah mulai dari Ketua RT, RW, puskesmas hingga Kepala Desa (Kades) dapat sesegera mungkin melaporkan warganya yang mengalami kesulitan ke Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Bogor. “Aparatur wilayah harus bergerak melaporkan secepatnya. Sembuh atau tidak yang penting ada upaya untuk mengobati,” ujarnya.
(tib/rez/b/ram/dit)