berita-utama

Ansor Siap Pasang Badan Untuk Dahlan Iskan

Selasa, 23 Mei 2017 | 08:36 WIB

METROPOLITAN - Kediaman Dahlan Iskan di Ketintang, Surabaya, tak pernah sepi dari tamu. Kemarin (22/5) giliran rombongan Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda (PP GP) Ansor berkunjung ke rumah mantan menteri BUMN itu. Rom­bongan yang beranggota lebih dari 30 orang tersebut dipimpin Ketua Umum PP GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas.

Gus Tutut –sapaan Yaqut Cholil Qou­mas– yang datang pukul 16:15 WIB diterima Dahlan Iskan dan istri, Nafsiah Sabri, di de­pan rumah. Nafsiah kemu­dian pamit karena harus ke Ponpes Bumi Sholawat, Sidoarjo, untuk mewakili suaminya memenuhi undangan KH Agoes Ali Masyhuri, penga­suh ponpes tersebut. Sebagai tahanan kota, Dahlan tidak mungkin hadir dalam acara salawat yang menghadirkan Habib Syech Abdul Qodir As­segaf di ponpes itu.­

Gus Tutut menyatakan, An­sor sangat prihatin atas kasus yang melilit Dahlan saat ini. Dia menyatakan heran atas penegakan hukum pada era Presiden Jokowi yang diwarnai kriminalisasi terhadap para tokoh dan aset bangsa.

Kehadiran para pengurus Ansor di rumah Dahlan meru­pakan bentuk dukungan ke­pada tokoh pers yang pernah menjadi Dirut PLN tersebut. “Pak Dahlan itu selalu men­ginspirasi kami. GP Ansor akan pasang badan,” tegas putra KH Cholil Bisri, salah seorang pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.

Kehadiran para petinggi An­sor tersebut juga mengikuti para kiai NU yang sebelumnya mengunjungi Dahlan. Mer­eka adalah KH Moh. Hasan Mutawakkil ’Alallah (ketua PW NU Jatim/pengasuh Pon­dok Pesantren Zainul Hasan, Probolinggo); KH Anwar Is­kandar (wakil rais syuriah PW NU Jatim/pengasuh Pondok Pesantren Al Amin, Kediri); dan KH Agoes Ali Masyhuri (wakil rais syuriah PW NU Jatim/pengasuh Pondok Pesantren Bumi Sholawat, Sidoarjo).

Selanjutnya, KH Yasin Asy­muni (wakil rais syuriah PW NU Jatim/pengasuh Pondok Pesantren Hidayatut Thul­lab, Kediri); KH Ahmad Sadid Jauhari (wakil rais syuriah PW NU Jatim/pengasuh Pon­dok Pesantren Assunniyyah, Kencong, Jember); KH Syaf­rudin Syarif (khatib syuriah PW NU Jatim/pengasuh Pon­dok Pesantren Hidayatuddin Al Islami Probolinggo); dan Sekretaris PW NU Jatim Prof Akh. Muzakki. Terakhir, Kamis (18/5) mantan Rais Am PB NU Mustofa Bisri juga datang untuk mendoakan Dahlan.

Dalam diskusi santai sambil lesehan itu, Dahlan juga me­nyampaikan pandangannya soal nasionalisme. Menurut dia, anak-anak muda kadang-kadang terlalu bersemangat menyuarakan nasionalisme dalam arti yang sempit. Mis­alnya, menolak segala jenis impor. Biasanya isu yang di­usung, negara harus berdikari.

Semangat itu, kata Dahlan, tidak salah. Namun, harus dili­hat konteksnya. Dia mencon­tohkan gerakan swadeshi di India. Dahlan heran ketika ada kalangan muda di Indonesia yang menyuarakan swadeshi. Sebab, di India, swadeshi telah dikubur sejak 1989.

Pemerintahan baru India saat itu menghapus aturan-aturan yang terkait dengan gerakan kemandirian terse­but. Kala itu cadangan devisa India hampir habis. Setelah meninggalkan swadeshi, India tumbuh pesat dan sekarang pertumbuhannya mencapai 6,5 persen atau nomor dua terbesar setelah Tiongkok.

“Dalam globalisasi, kita tidak bisa tumbuh tanpa bekerja sama dengan negara lain. Nasionalisme penting, tapi jangan diartikan sempit,” kata Dahlan.

Dahlan juga menunjukkan mobil listrik buatan Amerika Serikat merek Tesla yang baru dibelinya. Menurut Dahlan, dirinya membeli mobil se­harga Rp 4 miliar itu bukan karena ingin punya mobil tersebut. Namun, dia hanya ingin menunjukkan bahwa perkembangan mobil listrik di negara lain sudah sedemikian maju. Selain itu, dia mem­beli mobil listrik tersebut un­tuk menjawab ucapan salah seorang penegak hukum yang mengatakan bahwa mobil lis­trik itu tidak ada alias omong kosong.

Menurut Dahlan, lima tahun silam, Amerika, negara-negara di Eropa, dan Tiongkok baru memulai mobil listrik. Jepang baru pada tahap mobil hybrid. Saat itu Dahlan ingin Indone­sia memulai mobil listrik kare­na tidak mungkin mengejar ketertinggalan industri mobil konvensional.

“Sekarang ibarat lari maraton Jakarta–Surabaya, Amerika sudah sampai di Cirebon. Kita masih bisa mengejar. Kalau tidak, ya nasib kita hanya men­jadi konsumen,” tegas Dahlan.

Dalam kesempatan itu, Yaqut mendapat kehormatan menco­ba mobil listrik Tesla tipe S milik Dahlan berkeliling kawasan Ketintang, Surabaya. Sekitar 15 menit Yaqut mengendarai mobil berdaya 35 kw itu.

Halaman:

Tags

Terkini