berita-utama

Tendangan Bima Arya Jadi Polemik

Selasa, 20 Juni 2017 | 08:23 WIB

Di tengah mengularnya kendaraan di Jalan Dewi Sartika, suasana berubah tegang, ke­marin. “Angkut semua motornya. Saya tidak mau lihat seperti ini lagi,” pekik seorang lelaki berseragam Pegawai Negeri Sipil (PNS) sambil menjuruskan tendangan ke arah motor yang diparkir di badan jalan. Siang itu, Wali Kota Bogor Bima Arya mengamuk hingga dua motor jadi korban. Video Bima Arya yang naik pitam di depan anak buahnya di Pasar Kebon Kembang beredar luas. Dalam video itu, Bima terlihat kesal melihat banyak motor yang parkir di Jalan MA Salmun. Bukan hanya kesan sem­rawut, jalan itu pun jadi macet hingga kendaraan padat merayap. Kondisi ini son­tak membuat orang nomor satu di Kota Bogor itu geram dan tersulut emosi. Sampai-sampai Bima mengeluarkan tendangan ke arah motor-motor warga yang memakan bibir jalan. “Angkut semua motornya. Saya tidak mau lihat seperti ini lagi. Harus kosong,” pekik Bima. Siang itu, petugas Dinas Per­hubungan (Dishub), Satpol PP juga juru parkir, diperintahkan memindahkan jajaran motor hari itu juga. Amukan Bima saat inspeksi mendadak (sidak) ke Pasar Kebon Kembang kini jadi obrolan hangat. Pro kontra pun bermunculan. Aksinya kini jadi polemik. Di satu sisi langkahnya dianggap tegas, namun ada pula yang me­nyayangkan sikapnya yang arogan. Bahkan, warganet juga ikut mengomentari aksi sang wali kota. “Kalau yg parkir melang­garm terus yg marah pakai acara tendang segala, kemu­dian motor lecet , yg punya motor ngerti hukum, pasti kena toe pasal tindakan tidak menyenangkan, mulai deh urusan lagi,” tulis warganet. “Mungkin walikota nya lupa kalo dia lagi dipasar... seb­agai pernyataan sikap saya tidak setuju dengan cara Bima Arya menendang motor milik rakyat, ada baik anda me­mimpin dengan bersikap lebih bijaksana... ingat norma ingat dogma itulah salah satu bagian jadi manusia,” timpal warganet lainnya. “Baguuus bersihkan parkir liar dan berjualan di bahu jalan dan trotoaaaar pak... Jalanan trotoar jd bersih dr PKL dan pedagang tertibkan jgn jualan di trotoar dan di jalan...,” bela lainnya. Karena kesalnya dengan sejumlah motor yang parkir sembarangan, Bima menen­dang motor tersebut hingga terguling. Bahkan, ia meminta kepada juru parkir yang ber­seragam oranye merapikan dan memindahkan motor yang menjadi penyebab ke­macetan tersebut. Bima mengaku emosi karena maraknya parkir liar di dekat pasar. Padahal, kawasan itu sudah diminta dikosongkan dan bersih dari Pedagang Kaki Lima (PKL). “Siapa yang tidak emosi melihat karena ada pembiaran dan parkir liar di sini. Parkir liar ini menjadi biang macet di sepanjang jalan ini,” terangnya. Bima juga mengaku akan mengevaluasi dengan dinas terkait atas penataan pasar yang baru dengan dinas ter­kait. Hal itu karena ia sering mendapat laporan dari warga bahwa jika melintas di pasar tersebut sangat sulit melin­tas. “Awal puasa saya sering menerima keluhan dari warga tentang kondisi Pasar Anyar yang macetnya luar biasa. Bahkan warga bisa tertahan satu sampai dua jam bila melintasinya,” kata dia. Namun lagi-lagi meski memiliki niat baik, aksinya menendang-nendang motor justru berubah jadi polemik. Apalagi itu dilakukan saat Ra­madan. “Tegas bukan berarti keras, apalagi disertai den­gan emosi sehingga khawatir malah menambah masalah,” ujar anggota Komisi C DPRD Kota Bogor Zaenul Mutaqin. Meski begitu, politisi Par­tai Persatuan Pembangunan (PPP) ini menilai bahwa Bima Arya memang orang biasa. “Wajar juga ketika dia kecewa dan marah-marah dengan anak buahnya di lapangan yang tidak tegas dalam men­egakkan aturan,” tuturnya. Sementara Pengamat Hu­kum Ujang Sujai mengang­gap aksi Bima Arya terkesan berlebihan. Seharusnya se­gala sesuatunya dikembalikan ke mekanisme penegakan peraturan daerah (perda), bukan atas dasar emosional pribadi. “Kalau bicara hukum, namanya sudah ada perda, ikuti dong mekanismenya. Bukan justru mengamuk tidak karuan seperti itu. Kalau puasa maka batal itu ibadahnya,” ujar Ujang. Ia pun menyayangkan sikap arogan Bima Arya. Mantan Ketua PCNU Kota Bogor itu menilai aksinya bisa meng­hilangkan rasa simpatik warga. “Dia itu pengambil kebijakan, jadi tidak perlu pakai cara emosional. Orang bisa tidak senang,” tuturnya. Sekretrais GP Ansor Kota Bogor Badri Al Asy’asri menilai tindakan yang dilakukan Wali Kota Bogor tersebut mem­punyai dampak buruk bagi masyarakat. Apalagi ketika Bima Arya menendang motor yang sedang diparkir sampai terjatuh. Walaupun hal itu merupakan bentuk keke­cewaan Bima Arya atas bu­ruknya penataan pasar yang mengakibatkan kemacetan. “Memang menjadi pemimpin itu tidak mudah. Tetapi cara yang ia lakukan di tengah bulan puasa ini sangat salah. Namun, cara yang dilakukan seharusnya tidak seperti itu,” sindirnya. Usai kejadian tersebut, Sat­pol PP Kota Bogor langsung diinstruksikan menertibkan kawasan Dewi Sartika jelang Lebaran. Selain itu juga di seki­tar Pasar Anyar, khususnya di ruas Jalan Dewi Sartika, Jalan MA Salmun. Hal itu karena dengan semrawutnya kondisi pasar, membuat masyarakat tidak nyaman. Bahkan banyak masyarakat yang terjebak macet akibat kondisi jalan yang menyempit. “Kita akan lakukan penertiban kepada lapak-lapak yang ada di ten­gah jalan, karena ini meng­ganggu masyarakat yang melintas,” tutur Kasatpol PP Kota Bogor Heri Karnadi. (mam/c/feb/run)

Tags

Terkini